Punya Banyak Buku Tapi Nggak Pernah Selesai? Mungkin Kamu Kena Tsundoku
Kata tsundoku (積ん読) berasal dari Jepang: gabungan tsunde-oku (menumpuk lalu dibiarkan) dan dokusho (membaca). Intinya: beli buku dengan niat membaca, lalu biarkan mereka menumpuk tanpa sempat dibaca. Menurut Cambridge Dictionary, tsundoku adalah “practice of buying a lot of books and keeping them in a pile because you intend to read them but have not done so yet.”
Jadi, bukan koleksi buku mahal atau obsesi hoarder, tapi lebih ke kebiasaan “bercita-cita membaca semua, tapi waktu nggak cukup”.
Pelajaran dari Skandal Bake & Grind
Bake & Grind, sebuah bakery online di Jakarta, viral karena tuduhan serius: mereka mengklaim produknya gluten free, dairy free, sugar free, dan vegan. Tapi faktanya, mereka hanya mengemas ulang (repack) roti dari toko lain dan menjualnya dengan label sehat.
Seblak Viral di Thailand: Kemenangan Kecil dalam Diplomasi Kuliner Indonesia
Baru-baru ini, kuliner khas Indonesia yaitu seblak mendadak viral di Thailand: influencer, artis, dan netizen Thailand ramai-ramai mencoba dan mem-viralkan seblak, mulai dari versi instan, mukbang, hingga review video.
Ketika Singapura “Lockdown” Freelancer Asing
Akhirnya, Ministry of Manpower (MOM) Singapore dan VICPA (Visual, Audio, Creative Content Professionals Association) ngeluarin advisory baru: perusahaan-perusahaan dilarang memakai freelancer asing yang visa-nya bukan kerja (misalnya turis atau pelajar) untuk menangani klien di Singapura—termasuk fotografi, videografi, make-up, dan sektor kreatif lainnya.
Kalau melanggar: denda bisa sampai S$20.000, hukuman penjara hingga dua tahun, atau keduanya.
Dari UMKM Lokal ke Pasar Global, Saatnya Desain Indonesia Punya Narasi Kolektif
Di FIND – Design Fair Asia 2025 (11–13 September, Marina Bay Sands, Singapura), Indonesia Pavilion kembali hadir untuk ketiga kalinya. Dengan booth 80 m², sekilas ini mungkin terlihat seperti pameran biasa. Tapi kalau dibaca lebih dalam, Pavilion ini sebenarnya adalah tes litmus: seberapa siap ekosistem desain Indonesia bersaing di level global?
Dari Singapura, Indonesia Mulai Ngegas di Panggung Desain Asia
Kalau dulu desain sering dianggap sekadar soal bentuk yang cantik, tahun ini FIND – Design Fair Asia 2025 nunjukkin bahwa desain bisa jadi strategi budaya. Bertempat di Marina Bay Sands, Singapura (11–13 September), pameran ini ngumpulin 250 brand dari 22 negara, dari global icons sampai artisan lokal.
Dari Gaming ke Politik: Bagaimana Aplikasi Discord Ikut Mengantar Perdana Menteri Nepal
Siapa sangka, aplikasi yang biasa dipakai buat mabar (main bareng) atau ngobrol soal K-pop justru jadi panggung politik serius? Nepal baru-baru ini bikin sejarah dengan memanfaatkan Discord dalam proses pemilihan perdana menteri. Yep, platform yang identik dengan gamers, komunitas fandom, dan obrolan tengah malam itu kini masuk ke ranah politik.
Catatan dari Creative Expo Taiwan 2025: IP Itu Soft Power, Bro!
Berjalan di tengah hiruk pikuk Creative Expo Taiwan 2025, rasanya seperti melihat “pameran” dan “pabrik ide” dalam satu waktu. Di sini, Intellectual Property (IP) bukan cuma konsep legal yang ngendon di kantor hukum, tapi komoditas, identitas, dan senjata diplomasi budaya.
Arc’teryx KW di Mal Elite: Kok Bisa Lolos?
Ketika logo premium menempel di etalase, tapi aslinya nihil. Apa kabar perlindungan merek di Indonesia?
Bukan Hanya tentang ‘Downgrade’, Ini Pelajaran dari Animasi “Merah Putih: One for All”
Ketika Jumbo berhasil melebarkan sayapnya dengan tayang di negara-negara ASEAN hingga Eropa, publik justru dikecewakan dengan industri animasi lokal yang justru mengalami kemunduran. Pasalnya, kualitas film animasi Merah Putih: One For All yang akan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 sangat tertinggal jauh dari film Jumbo.
Tren Olahraga Hybrid: Ketika Dua Cabang Digabung Jadi Permainan Baru
Pernah dengar padbol, footgolf, atau fullball? Mungkin ini saatnya kamu coba olahraga yang lahir dari kreativitas lintas cabang.
Royalti Musik untuk Bisnis: Apa yang Harus Diketahui Pemilik Usaha agar Tak Terjerat Hukum
Kasus pelanggaran hak cipta yang menyeret Direktur PT Mitra Bali Sukses, pemegang lisensi Mie Gacoan di Bali, menjadi pengingat penting bagi pemilik usaha: memutar musik di ruang publik tanpa membayar royalti bisa berujung pidana. Ini bukan sekadar masalah estetika atau suasana, tapi menyangkut hak ekonomi dari para pencipta dan pemilik karya.
Lapangan Kerja Semakin Sedikit, Apakah Beralih Jadi Content Creator Jawabannya?
Dulu, cita-cita anak muda sering terfokus pada profesi seperti dokter, pilot, atau PNS. Namun saat ini, khususnya di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, jawaban paling populer untuk pertanyaan “Mau jadi apa setelah lulus?” adalah content creator.
Budaya Indonesia Bisa Mendunia Lewat Meme
Beberapa cuitan di media sosial, seperti dari akun Instagram @ms_lifts2, menyebut bahwa belakangan ini produk budaya Indonesia telah menyelamatkan dunia dari krisis meme. Ia pun memberi contoh karakter populer pentungan sahur AI Brainrot Tung Tung Tung Sahur serta tarian “togak luan” aura farming-nya Dhika dalam lomba balap perahu Pacu Jalur.
Logo HUT RI: Lebih dari Simbol, Ada Implikasi Ekonomi di Baliknya
Logo perayaan kemerdekaan adalah bagian dari nation branding, strategi komunikasi visual negara untuk membentuk citra kolektif di benak warganya. Namun, di luar aspek simbolik, logo ini memiliki implikasi ekonomi yang luas, khususnya dalam ekosistem industri kreatif.
Band dengan Jutaan Stream di Spotify Ini Ternyata AI
Di dunia streaming musik yang makin padat dengan algoritma, kisah The Velvet Sundown menyorot realitas baru yang mengaburkan batas antara seni dan simulasi. Sekilas, mereka terdengar seperti band folk-rock sungguhan – punya dua album, satu hit viral berjudul “Dust on the Wind”, dan satu juta pendengar bulanan di Spotify. Tapi belakangan terungkap: semua itu dikendalikan sepenuhnya oleh AI.
Profesional Kreatif Indonesia Mulai Tinggalkan Jakarta Untuk Kota-Kota Lain
Selama puluhan tahun, Jakarta telah menjadi kiblat bagi para talenta terbaik Indonesia, wirausaha kreatif, dan digital nomad. Sebagai kota pusat perusahaan media, agensi, industri kreatif, dan kehidupan yang dinamis, ibu kota ini selalu dipandang sebagai tempat di mana mimpi dan karier dimulai. Namun kini, paradigma tersebut mulai berubah.
Festival Jazz, Tapi Kok Bukan Jazz? Indra Lesmana Angkat Suara
Beberapa hari terakhir, jagat musik Indonesia dihebohkan oleh unggahan musisi jazz legendaris Indra Lesmana yang mengkritik sebuah festival musik besar di Indonesia. Pasalnya, festival tersebut menggunakan label “jazz” dalam namanya, tapi lineup panggungnya justru didominasi musisi dari genre lain—dari pop, R&B, hingga elektronik.