
Royalti Musik untuk Bisnis: Apa yang Harus Diketahui Pemilik Usaha agar Tak Terjerat Hukum
Kasus pelanggaran hak cipta yang menyeret Direktur PT Mitra Bali Sukses, pemegang lisensi Mie Gacoan di Bali, menjadi pengingat penting bagi pemilik usaha: memutar musik di ruang publik tanpa membayar royalti bisa berujung pidana. Ini bukan sekadar masalah estetika atau suasana, tapi menyangkut hak ekonomi dari para pencipta dan pemilik karya.

Lapangan Kerja Semakin Sedikit, Apakah Beralih Jadi Content Creator Jawabannya?
Dulu, cita-cita anak muda sering terfokus pada profesi seperti dokter, pilot, atau PNS. Namun saat ini, khususnya di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, jawaban paling populer untuk pertanyaan “Mau jadi apa setelah lulus?” adalah content creator.

Budaya Indonesia Bisa Mendunia Lewat Meme
Beberapa cuitan di media sosial, seperti dari akun Instagram @ms_lifts2, menyebut bahwa belakangan ini produk budaya Indonesia telah menyelamatkan dunia dari krisis meme. Ia pun memberi contoh karakter populer pentungan sahur AI Brainrot Tung Tung Tung Sahur serta tarian “togak luan” aura farming-nya Dhika dalam lomba balap perahu Pacu Jalur.

Logo HUT RI: Lebih dari Simbol, Ada Implikasi Ekonomi di Baliknya
Logo perayaan kemerdekaan adalah bagian dari nation branding, strategi komunikasi visual negara untuk membentuk citra kolektif di benak warganya. Namun, di luar aspek simbolik, logo ini memiliki implikasi ekonomi yang luas, khususnya dalam ekosistem industri kreatif.

Band dengan Jutaan Stream di Spotify Ini Ternyata AI
Di dunia streaming musik yang makin padat dengan algoritma, kisah The Velvet Sundown menyorot realitas baru yang mengaburkan batas antara seni dan simulasi. Sekilas, mereka terdengar seperti band folk-rock sungguhan – punya dua album, satu hit viral berjudul “Dust on the Wind”, dan satu juta pendengar bulanan di Spotify. Tapi belakangan terungkap: semua itu dikendalikan sepenuhnya oleh AI.

Profesional Kreatif Indonesia Mulai Tinggalkan Jakarta Untuk Kota-Kota Lain
Selama puluhan tahun, Jakarta telah menjadi kiblat bagi para talenta terbaik Indonesia, wirausaha kreatif, dan digital nomad. Sebagai kota pusat perusahaan media, agensi, industri kreatif, dan kehidupan yang dinamis, ibu kota ini selalu dipandang sebagai tempat di mana mimpi dan karier dimulai. Namun kini, paradigma tersebut mulai berubah.

Festival Jazz, Tapi Kok Bukan Jazz? Indra Lesmana Angkat Suara
Beberapa hari terakhir, jagat musik Indonesia dihebohkan oleh unggahan musisi jazz legendaris Indra Lesmana yang mengkritik sebuah festival musik besar di Indonesia. Pasalnya, festival tersebut menggunakan label “jazz” dalam namanya, tapi lineup panggungnya justru didominasi musisi dari genre lain—dari pop, R&B, hingga elektronik.

Produk Lokal “Dilokalin”, Apakah Dupe Culture Sudah Kebablasan?
Beberapa waktu lalu sebuah unggahan TikTok dari akun @_marcoraven ramai diperbincangkan setelah membahas isu brand pakaian KAHA yang dianggap membuat dupe (tiruan) produk Rumer Shirt dari Drunk Dad and Friends. Di tengah fenomena brand lokal yang kerap “melokalkan” produk luar, kini muncul polemik baru: brand lokal yang justru meniru brand lokal lainnya—menciptakan produk serupa dengan harga lebih murah.

Konten Kreasi Matcha Aneh Merajalela, Bukti Budaya Kuliner Kreatif Kita atau Mulai Berlebihan?
Baru-baru ini beredar video-video yang menunjukkan netizen bereksperimen dengan matcha, teh hijau tradisional dari Jepang yang kini semakin populer. Berawal dari kreasi yang mencoba melokalkan—seperti minuman, dessert, dan kue-kue khas seperti martabak—kini demi viralitas, muncul sajian seperti matcha dijadikan kuah mi, bahkan disantap bersama nasi dan lauk lele goreng.

Wajah Baru Indonesia Kaya, Upaya Mendekatkan Tradisi dan Budaya ke Generasi Visual
Indonesia Kaya, sebuah inisiatif budaya yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, resmi memperkenalkan wajah baru mereka, sebuah identitas visual yang dirancang oleh desainer grafis kenamaan Indonesia, Evan Wijaya. Pembaruan ini tidak hanya mencakup Indonesia Kaya sebagai entitas utama, tetapi juga seluruh program dalam ekosistemnya: Galeri Indonesia Kaya (GIK), Taman Indonesia Kaya (TIK), dan Rumah Budaya Indonesia Kaya (RuBIK).

Setelah Blok M, Di Mana Hotspot Budaya Jakarta Selanjutnya?
Blok M pernah jadi jawaban bagi generasi kreatif Jakarta yang haus akan ruang. Mulai dari restoran dan kafe independen, bar-bar kecil, toko-toko vinyl dan buku tua, sampai acara komunitas yang tak terhitung jumlahnya—semua tumbuh dari satu hal: aksesibilitas dan ekosistem yang saling dukung. Tapi seperti halnya kawasan kreatif lainnya, dinamika kota terus bergerak. Ketika satu ruang sudah terbentuk dengan identitasnya sendiri, akan selalu muncul pertanyaan: ke mana arah pergerakan selanjutnya?

Dangdut: Irama Lokal dengan Ambisi Global
Ketika Bad Bunny menjadi wajah reggaeton dan Burna Boy membawa afrobeat mendunia, muncul pertanyaan penting bagi Indonesia: siapa—atau lebih tepatnya, genre musik apa—yang bisa menjadi representasi kita di panggung budaya global? Jawaban yang layak mendapat sorotan serius adalah dangdut.

No Na dan PR Besar Jadi Girl Group Global yang Benar-Benar Indonesia
88rising, label musik terkemuka yang telah membawa musisi Indonesia seperti NIKI dan Rich Brian ke ranah populer di Amerika Serikat, membentuk girl group baru bernama no na. Grup yang beranggotakan empat talenta muda: Baila Fauri, Christy Gardena, Shaz Adesya, dan Esther Geraldine baru saja merilis single perdana mereka yang bertajuk “Shoot”, lengkap dengan video musik (MV) yang langsung mencuri perhatian.

Sepatu Compass Lawan Barang Palsu Lewat Teknologi
Dalam dunia fashion lokal, Compass sudah menjadi fenomena. Dari antrian panjang untuk rilis sepatu hingga resell price yang melonjak, Compass bukan sekadar produk—ia sudah berubah menjadi bagian dari budaya anak muda Indonesia. Namun, di tengah popularitas ini, masalah klasik pun muncul: barang palsu.

Ifan Seventeen Jadi Dirut PFN: Keputusan Tepat atau Tantangan Besar?
Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) menimbulkan diskusi hangat di industri perfilman. Dengan latar belakang sebagai musisi, apakah Ifan memiliki kapasitas untuk memimpin lembaga sebesar ini?

Title-Driven Marketing: Selebriti Jadi Petinggi Brand, Strategi atau Gimmick?
Dulu, selebriti hanya menjadi wajah sebuah produk. Kini, tren pemasaran semakin berubah. Bukan lagi sekadar brand ambassador, tapi selebriti kini diberi "jabatan eksekutif" di dalam brand. Mereka tampak seperti bagian dari C-level di brand tersebut—tapi apakah mereka benar-benar punya pengaruh dalam pengambilan keputusan, atau ini hanya strategi branding sesaat?