Dari Gaming ke Politik: Bagaimana Aplikasi Discord Ikut Mengantar Perdana Menteri Nepal

Siapa sangka, aplikasi yang biasa dipakai buat mabar (main bareng) atau ngobrol soal K-pop justru jadi panggung politik serius? Nepal baru-baru ini bikin sejarah dengan memanfaatkan Discord dalam proses pemilihan perdana menteri. Yep, platform yang identik dengan gamers, komunitas fandom, dan obrolan tengah malam itu kini masuk ke ranah politik.

Politik 2.0: Dari Parlemen ke Server Discord

Di Indonesia, politik sering dianggap jauh dari anak muda—bahasanya kaku, penuh jargon, dan terasa eksklusif. Tapi Nepal menunjukkan kemungkinan baru: politik bisa dibawa ke ruang digital yang familiar bagi generasi muda. Alih-alih ruang rapat formal, mereka membuka kanal di Discord, memberi ruang partisipasi yang cair, transparan, dan… surprisingly fun.

Tech dan Kreativitas: Meredefinisi Keterlibatan Anak Muda

Bagi industri kreatif, langkah ini punya makna besar. Kalau Discord bisa menjembatani politik dan generasi digital, bayangkan bagaimana platform serupa bisa dipakai buat:

  • Pemungutan suara komunitas kreatif, misalnya voting desain logo, karya seni, atau project kolaboratif.

  • Transparansi project: kanal terbuka tempat ide-ide dikurasi dan dipilih bersama audiens.

  • Event hybrid: dari pameran seni sampai konser indie, bisa diintegrasikan dengan ruang virtual di Discord.

Intinya, tech bukan cuma tools, tapi juga medium kreatif untuk memperluas partisipasi.

Generasi Z: Dari Penonton Jadi Pemain

Fenomena di Nepal juga membuktikan bahwa anak muda nggak cuma mau jadi penonton. Mereka ingin ikut menentukan arah, memberi suara, bahkan membentuk keputusan besar. Discord, TikTok, atau platform lain yang mereka kuasai bisa jadi pintu masuk keterlibatan politik, sosial, dan budaya yang lebih organik.

Apa Artinya Buat Indonesia?

Di tengah kondisi politik dan sosial kita yang sering bikin anak muda “angkat bahu,” kasus Nepal ini bisa jadi inspirasi. Mungkin suatu hari nanti, kita akan lihat musyawarah kreatif, polling publik, atau bahkan konsultasi kebijakan di server Discord Indonesia. Politik jadi lebih dekat, lebih transparan, dan lebih relevan.

Ketika Discord bisa dipakai untuk memilih Perdana Menteri, jelas sudah: masa depan politik, kreativitas, dan partisipasi anak muda ada di ruang digital yang selama ini kita anggap “sekadar tempat nongkrong.” Nepal baru saja kasih spoiler, sekarang tinggal tunggu siapa yang jadi pionir di Indonesia.

Next
Next

ARKIPEL 2025 Bawa Aktivisme Ke Ranah Sinema