Wajah Baru Indonesia Kaya, Upaya Mendekatkan Tradisi dan Budaya ke Generasi Visual

Indonesia Kaya, sebuah inisiatif budaya yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, resmi memperkenalkan wajah baru mereka, sebuah identitas visual yang dirancang oleh desainer grafis kenamaan Indonesia, Evan Wijaya. Pembaruan ini tidak hanya mencakup Indonesia Kaya sebagai entitas utama, tetapi juga seluruh program dalam ekosistemnya: Galeri Indonesia Kaya (GIK), Taman Indonesia Kaya (TIK), dan Rumah Budaya Indonesia Kaya (RuBIK).

Kini, keempatnya tampil dalam identitas visual yang selaras. Mulai dari kombinasi warna, bentuk huruf, hingga pola-pola subtil yang dirancang secara menyatu dan tertuang dalam panduan identitas yang terstruktur. Sebagai ruang yang mempertemukan seni, tradisi, dan masyarakat, arsitektur jenama baru Indonesia Kaya menggabungkan elemen kontemporer dan tradisional untuk mencerminkan keberagaman budaya Nusantara, khususnya kepada generasi muda.

Logo dan tipografi yang konsisten digunakan dalam komunikasi visualnya terinspirasi dari aksara lokal, menjadi representasi kekayaan budaya Indonesia. Sementara itu, pola visual yang dikembangkan merujuk pada motif-motif wastra yang disusun dalam struktur modular, menciptakan sistem visual yang kaya namun fleksibel.

Warna-warna utama seperti “Kunyit Emas”, “Putih Kusam”, dan “Merah Lembayung” menjadi simbol harmoni antara modernitas dan tradisi. Seluruh elemen ini dirancang bukan hanya untuk memperindah tampilan, tetapi juga untuk bercerita—setiap detail membawa narasi budaya yang dapat dikenali bahkan tanpa teks panjang lebar.

Dengan pendekatan visual yang kuat ini, Indonesia Kaya ingin membuka jalan baru dalam pelestarian budaya: menyampaikan pesan kepada generasi muda melalui bentuk, warna, dan simbol yang berbicara lebih dari sekadar kata-kata.

Gen V dan Kenapa Komunikasi Visual Penting Untuk Menggaet Mereka 

Tentunya para perancang wajah baru Indonesia Kaya memahami bahwa di era digital saat ini, visual memegang peran kunci dalam menarik perhatian generasi muda—kelompok yang kini sering disebut sebagai Generasi Visual, atau Gen V. Visual yang menarik menjadi daya tarik utama bagi Milenial dan Gen Z saat mengonsumsi media. Karena itu, dalam misinya untuk melestarikan budaya Indonesia, Indonesia Kaya menempatkan komunikasi visual yang dinamis sebagai ujung tombak.

Gen V adalah generasi dengan pola konsumsi media yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam lingkungan digital yang sarat dengan konten visual—dari kebiasaan menonton media sosial berjam-jam, hingga penggunaan emoji untuk mengekspresikan perasaan. Bagi Gen V, visual bukan hanya hiburan, tapi juga sarana belajar dan mendapatkan informasi.

Studi menunjukkan bahwa rata-rata Gen V hanya membaca sekitar 20% dari teks yang disajikan secara daring. Jika konten tidak menarik secara visual, mereka cenderung langsung beralih ke konten berikutnya. Inilah mengapa pendekatan visual menjadi sangat krusial dalam menyampaikan pesan kepada mereka.

Di saat yang sama, generasi muda juga semakin kritis terhadap visual branding. Banyak dari mereka merasa bahwa tampilan visual brand-brand masa kini terasa kurang otentik. Padahal, kesan pertama mereka terhadap sebuah brand sangat dipengaruhi oleh tampilannya. Bagi Indonesia Kaya, yang membawa misi besar merepresentasikan kekayaan budaya, sejarah, dan tradisi Nusantara, memiliki identitas visual yang otentik sekaligus menarik adalah keharusan.

Visi dan Misi Melestarikan Tradisi Kini Dibawa ke Ranah Visual

Wajah baru Indonesia Kaya bukan sekadar pembaruan tampilan, tetapi bagian dari strategi penting untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia melalui ranah visual branding.

Untuk menjangkau Gen V, para pegiat budaya harus mampu berbicara dalam bahasa mereka, yaitu dengan bahasa visual yang kuat, relevan, dan menggugah. Dengan memaksimalkan potensi visual sebagai pintu masuk, Indonesia Kaya berharap generasi muda tidak hanya mendapat impresi tentang kekayaan dan keberagaman budaya Nusantara, tetapi juga terdorong untuk mengenalnya lebih dalam.

Daya tarik visual bisa menjadi titik awal yang kuat: dari sekadar tertarik secara estetis saat melihat konten di media sosial Indonesia Kaya, lalu memutuskan untuk mengikuti akun, mengunjungi website, hingga akhirnya datang langsung ke Galeri Indonesia Kaya (GIK), Teater Indonesia Kaya (TIK), atau Ruang Budaya Indonesia Kaya (RuBIK).

Wajah baru ini membuktikan bahwa komunikasi visual dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat visi dan misi pelestarian budaya. Melalui pendekatan ini, Indonesia Kaya membuka peluang lebih besar bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam merawat dan meneruskan warisan budaya Nusantara.

Next
Next

Setelah Blok M, Di Mana Hotspot Budaya Jakarta Selanjutnya?