Kiprah JAFF Market dan Gelombang Baru Kerja Sama Internasional
Industri perfilman Indonesia tengah memasuki era keemasan. Tahun 2024 menjadi salah satu periode yang paling banyak mencatatkan sejarah baru sejak dimulainya industri film Indonesia pada abad ke-19, mulai dari lonjakan produksi film nasional hingga pencapaian di panggung festival dan penghargaan internasional.
Berdasarkan data Lembaga Sensor Film, sepanjang 2024 terdapat 540 film layar lebar yang berhasil dikurasi dengan jumlah penonton berkisar di angka 80 juta. Untuk pertama kalinya penayangan film lokal mendominasi dibandingkan film impor di bioskop, tepatnya terdapat 285 film nasional dan 255 film internasional.
Di tengah lonjakan produksi film dan antusias penonton pasca pandemi, bentuk kerja sama dalam skala internasional pun semakin terasa nyata oleh anak bangsa. Mulai dari pembelian hak eksklusif dan distribusi lintas negara, hingga kehadiran film Indonesia di berbagai festival bergengsi berskala internasional. Hal ini tentunya menjadi bukti nyata bahwa sinema nasional tengah memperluas jejaring globalnya.
Misalnya saja, Film Agak Laen yang diproduksi oleh Imajinari Pictures pada 2024 akan diadaptasi ke dalam versi Korea oleh perusahaan film asal Korea Selatan, Barunson E&A. Selain itu, film “Pangku” yang menjadi debut Reza Rahardian sebagai sutradara akan tampil di Marché di Film Cannes 2025 dalam program HAF Goes to Cannes.
Adapun salah satu katalis penting dalam ekosistem kerja sama ini adalah hadirnya Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Market sebagai pasar film pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara sejak 2024. Ajang ini menjembatani pertemuan antara produsen lokal dengan investor, sponsor, maupun pelaku film luar negeri lainnya untuk menemukan bibit film potensial yang bisa diekspansi ke panggung global.
“Kami membangun JAFF Market sebagai katalis untuk pertumbuhan ekosistem film nasional – mulai dari ide, talenta, sampai struktur distribusi dan bisnis,” ujar Market Director JAFF Market, Linda Gozali.
Peta Kerjasama Internasional dari JAFF Market
JAFF Market hadir sebagai jawaban atas kebutuhan industri film akan tersedianya sineas dan tenaga profesional yang berkualitas sekaligus mendukung kebangkitan dunia perfilman nasional pasca pandemi. Edisi perdana JAFF Market diselenggarakan pada 3–5 Desember 2024 di Jogja Expo Center.
Dari edisi perdananya ini, banyak lahir kesepakatan kerja sama internasional. Termasuk film Agak Laen yang akan di-remake dalam versi Korea juga berawal dari pertemuan di JAFF Market 2024. Kesuksesan film bergenre komedi-horor dengan pencapaian 9,1 juta penonton ini nyatanya mampu memikat hati Barunson E&A, hingga akhirnya terjadi kesepakatan untuk me-remake film saat penyelenggaraan Hong Kong Filmart.
Selanjutnya, film “Pangku” karya Reza Rahardian yang menembus festival bergengsi di Perancis, juga merupakan alumni JAFF Market 2024. Film yang berlatar krisis ekonomi 1998 ini mendapatkan sorotan setelah memenangkan penghargaan White Light Post-Production Award dari program JAFF Future Project 2024.
Selain Film Pangku, JAFF juga memboyong 3 IP Lokal hasil kurasi JAFF Content Market 2024 untuk tampil dalam Forum Pitching IP Cannes. Ketiga IP ini terinspirasi dari kisah yang membumi di nusantara pada masa lalu, mulai dari cerita rakyat hingga kekerasan rasial dan kriminal seperti:
Bandits of Batavia karya Bryan Valenza dan Beyondtopia Studio yang terinspirasi dari cerita Si Pitung.
Jitu karya Chris Lie dari Caravan Studio yang mengisahkan sebuah organisasi rahasia bernama J.I.T.U, yang terinspirasi dari satuan penembak misterius (Petrus) pada zaman orde baru.
Locust karya Iskandar Salim dan Shiella Witanto dari penerbit independen Kosmik Studio yang mengeksplorasi cerita horor berlatar belakang pengungsian etnis Tionghoa di Medan, Indonesia pada 1960-an.
Tak hanya itu, JAFF Market juga berhasil menginisiasi perjanjian kerja sama dengan sejumlah negara seperti Belanda dan Australia. Di mana JAFF Market berhasil berkolaborasi dengan Netherlands Film Fund untuk memperkuat perjanjian ko-produksi antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani saat JAFF Market 2024 silam.
Lebih lanjut, Adelaide Film Festival dari Australia yang menjadi mitra JAFF Market 2024, juga menjalin kerja sama dengan hadirnya JAFF Market dalam sesi diskusi dan networking yang digelar pada 18 Mei 2025 silam.
Peluang Ekspansi Film Nasional ke Pasar Global di JAFF Market 2025 melalui program JAFF Future Project dan JAFF Content Market
Menilik dari segi investasi, sejak dihapuskannya industri film dari Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Peraturan Presiden No.10 Tahun 2021, kerja sama internasional pada dunia perfilman sudah mulai berangsur membaik.
Mengutip dari Indonesia Sharia Economic Outlook 2021 yang dipublikasikan Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia, penghapusan film dari daftar DNI membuat semakin melesatnya perkembangan platform Video on Demand (VoD) dan Over The Top (OTT) seperti Viu, Disney+ Hotstar, dan Netflix. Beberapa film Indonesia yang telah tayang di bioskop pun kini dapat ditonton kembali secara global di platform tersebut.
Sedangkan, dilihat dari segi produksi dan eksibisi film, hadirnya wadah yang mempertemukan antara pelaku film internasional dan nasional, seperti JAFF Market, disinyalir akan semakin memperkuat ekspansi film nasional secara organik ke pasar global dan tidak hanya mengandalkan platform VoD atau OTT semata.
Asumsi ini diperkuat dengan data JAFF Market 2024, yang mana pada edisi perdananya berhasil menghadirkan 6.700 peserta dari 19 negara, 151 booth, dan menghasilkan 63 kesepakatan bisnis senilai Rp 36 miliar. Selain itu, beberapa alumni JAFF Market 2024 juga berhasil melenggang ke pentas perfilman dunia sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
Adapun pada kuartal ke-IV 2025, JAFF akan kembali menyelenggarakan JAFF Market 2025 edisi kedua bersama dengan Amar Bank. Acara ini akan berlangsung selama 29 November - 1 Desember 2025 di Jogja Expo Center, Yogyakarta.
Lebih lanjut, JAFF Market akan membawa 6 program unggulan di tahun ini yaitu JAFF Future Project, Content Market, Talent Day, Film and Market Conference, Market Screening, dan Film Lab. Secara spesifik, terdapat 1 program JAFF Market 2025 yang dapat berpeluang tinggi mengekspansi film nasional ke ranah global yaitu program JAFF Future Project.
JAFF Future Project merupakan platform pemasaran proyek berskala internasional yang menyediakan sebuah kesempatan untuk terhubung dengan investor, produser, distributor, maupun penyelenggara festival lokal maupun internasional. Adapun proyek yang ditampilkan di program ini boleh masih di tahap pengembangan ataupun sudah sampai pada bagian eksekusi.
Program-program di JAFF Market 2025 memang ditujukan untuk mendukung perkembangan industri film Indonesia hingga tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat nasional tapi juga dunia.
“Kita ingin karya Indonesia tak hanya tumbuh di negara sendiri, tapi mampu bersaing dan berdialog di pasar global.” ujar Ifa Isfansyah, Festival Director JAFF.
Sebagai pasar film terbesar di Asia Tenggara yang diinisiasi perusahaan lokal, JAFF Market tentunya mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Giring Ganesha, menyebutkan bahwa JAFF Market tak hanya sekedar platform untuk mempertemukan pelaku industri, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri film di Indonesia.
Dengan demikian, melalui JAFF Market 2025 tidak menutup peluang bahwa akan lahir pertunjukan film karya anak bangsa lainnya yang mampu menembus pasar internasional, melalui perjanjian kerja sama baik dalam bentuk ko-produksi, distribusi, maupun penampilan di festival bergengsi.