No Na dan PR Besar Jadi Girl Group Global yang Benar-Benar Indonesia

88rising, label musik terkemuka yang telah membawa musisi Indonesia seperti NIKI dan Rich Brian ke ranah populer di Amerika Serikat, membentuk girl group baru bernama no na. Grup yang beranggotakan empat talenta muda: Baila Fauri, Christy Gardena, Shaz Adesya, dan Esther Geraldine baru saja merilis single perdana mereka yang bertajuk “Shoot”, lengkap dengan video musik (MV) yang langsung mencuri perhatian. 

MV “Shoot” tidak hanya menampilkan keindahan alam Indonesia—dari hamparan sawah hingga pantai—tetapi juga menyisipkan unsur budaya lokal seperti kain tradisional dan permainan congklak. Setelah debut dengan single Shoot, no na kemudian merilis dua single lain; Superstitious dan Falling in Love. Pada dua single terbarunya terlihat no na menyisipkan sentuhan Indonesia, dalam Superstitious koreografi karya Sienna Lalau terlihat gerakan yang terinspirasi dari tarian Bali. Pada Falling in Love terdapat riff guitar dangdut yang terdengar.

Selain MV Shoot yang mencuri perhatian, materi promosi no na pun terasa dekat dan relevan bagi khalayak Indonesia. Dalam berbagai unggahan, mereka tampil dengan latar jalanan Jakarta, menangkap hiruk-pikuk khas ibu kota dalam nuansa yang kontras dengan MV “Shoot”. Dengan koreografi dari Sienna Lalau, no na tetap tampil memesona sambil menari dengan tangan yang memegang jajanan kaki lima dan minuman khas Starling alias Starbucks keliling.

no na dan Potensi Menembus Pasar Internasional

Dengan menyuguhkan kedekatan lewat musik, gerakan, MV, serta materi promosi yang memikat, kini no na mengemban harapan besar untuk bisa membanggakan Indonesia di panggung musik dunia. Tentu no na mempunyai potensi lebih, mereka bisa menjadi representasi budaya sekaligus promotor identitas Indonesia di kancah internasional. 

Fenomena girl group sebagai representasi budaya diawali dengan kehadiran gelombang K-Pop dari Korea Selatan. Keberhasilan Korea Selatan menunjukkan bahwa girl group dalam industri musik dapat mengemban peran yang lebih besar.

Girl group K-Pop dengan fandom-nya yang berisi anak-anak muda dari penjuru dunia ternyata memberi dampak signifikan bagi Korea Selatan. Ketika K-Pop semakin menjamur, seluruh industri kreatif terangkat, dan tentunya ekonomi Korea Selatan juga ikut meningkat.

Dampaknya bahkan merambah ke ranah diplomasi antarnegara. Lihat saja kekuatan K-Pop yang kini sudah kokoh posisinya di budaya pop Indonesia. Bukan hanya mendengarkan lagu dan datang ke konser, para penggemar kini juga melek budaya Korea, berbicara bahasa, mengonsumsi media, membeli produk, serta tertarik untuk berwisata, bekerja, dan menempuh pendidikan di Korea Selatan.

Jika no na ingin mengasah potensi penuh girl group power, pendekatan “melokal” mereka harus lebih dari sekedar estetika. Indonesia harus menjadi lebih dari latar belakang dalam MV atau materi promosi. Melihat animo masyarakat, harapan selanjutnya adalah no na mulai lebih merefleksikan atau mengangkat cerita tentang tanah kelahiran mereka lewat karya-karya yang akan disuguhkan. 

Melihat bagaimana lagu-lagu no na akan ber-genre Pop dan R&B, mereka dapat mencontoh girl group K-Pop. Lagu-lagu K-Pop kini juga kian dekat dengan pengaruh genre lain, namun lirik-lirik lagu K-Pop tetap menggunakan bahasa Korea. Selepas dari bahasa, girl group K-Pop kerap kali mengangkat pop culture Korea Selatan dalam lirik mereka, walau lagu mereka bertemakan romansa.

no na dapat mencontoh senior mereka, NIKI dan Rich Brian. Salah satu lagu terpopuler NIKI, Highschool in Jakarta, membawa tema pengalaman ketika Niki duduk di bangku SMA di Jakarta. Berkat lagu tersebut, ia dapat mendekatkan dirinya ke audiens Indonesia, di saat pamornya di kancah musik pop internasional juga semakin bersinar.

Rich Brian juga membawakan tema-tema Indonesia di musiknya, seperti dalam lagu Bali dan Kids. Baru-baru ini, rapper dengan nama asli Brian Imanuel ini juga menambahkan cita rasa Indonesia secara musikal. Saat memberi bocoran tentang album terbarunya yang akan datang, bertajuk Where Is My Head, terdengar potongan sampel Cakrawala Senja karya musisi legendaris Fariz RM.

no na dan Masa Depan Musik Pop Indonesia

Bagi 88rising, membentuk no na adalah langkah yang sangat strategis untuk mendekatkan 88rising dengan market Indonesia yang luas. Sejauh ini, kampanye mereka untuk mempromosikan no na sebagai girl group “Made in Indonesia” telah sukses mendapatkan dukungan luar biasa dari publik. 

Tapi no na bisa menjadi lebih dari sekadar girl group baru, mereka simbol dari potensi besar Indonesia untuk menapaki panggung musik global dengan identitas sendiri. Jika no na benar-benar ingin menjadi jembatan antar bangsa dan budaya, dan menyamai sukses girl group K-Pop yang mendunia, mereka tentunya harus lebih “melokal” lewat karya.

Next
Next

Lebih dari Identitas Visual, Logo HUT RI Kini Jadi Gerakan Kultural