Kerja Empat Hari Seminggu (Katanya) Bisa Tingkatkan Produktivitas

Ilustrasi oleh Halimah Zatalini / Geometry Media

Ilustrasi oleh Halimah Zatalini / Geometry Media

Selama work from home (WFH) di masa pandemi, ternyata karyawan bekerja jauh lebih lama dibandingkan saat masih bekerja di kantor sebelum pandemi. Hasilnya? Banyak karyawan yang mengeluh burnout. Selain itu, banyak pula yang mengeluhkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesionalnya turut terganggu hingga memicu penyakit-penyakit mental.

Untuk menyiasati hal-hal tersebut, banyak perusahaan yang akhirnya memikirkan ulang waktu kerja atau operasional bisnisnya. Salah satu siasat yang mulai populer adalah dengan mengurangi hari kerja dari lima hari seminggu menjadi empat hari seminggu.

Rupanya, wacana pemangkasan hari kerja ini sudah bergulir sejak beberapa tahun terakhir di beberapa negara seperti Jepang, Islandia, dan Spanyol. Namun pandemi mempercepat progres realisasi empat hari kerja dalam seminggu ini.

Di Islandia, sepanjang 2015-2019 diadakan sebuah percobaan untuk mengubah pola lima hari kerja atau sekitar 40 jam per minggu menjadi empat hari atau sekitar 35-36 jam per minggu – tanpa memotong gaji karyawan. Hasilnya? Eksperimen ini menujukkan bahwa produktivitas karyawan tetap sama atau bahkan meningkat saat waktu kerja diperpendek.

Beberapa perusahaan di negara lain mulai segera menerapkan sistem empat hari kerja seminggu ini, salah satunya adalah Kickstarter mulai 2022. Dikutip dari CNBC, CEO Kickstarter Aziz Hasan mengatakan bahwa ia percaya jika waktu dan perhatian kita difokuskan sebaik mungkin dalam empat hari kerja tersebut maka kita akan memiliki dampak yang lebih kuat pada pekerjaan dan membuka ruang kebih untuk perkembangan pribadi.

Apa Dampak Negatifnya?

Meski begitu, pola kerja ini bukan hadir tanpa sisi buruknya. Dengan memangkas waktu kerja menjadi empat hari, beberapa perusahaan akan mencoba mencapai target kerja 40 jam seminggu ke dalam empat hari yang artinya setiap hari karyawan harus bekerja paling tidak selama 10 jam.

Sayangnya tidak semua orang bisa memiliki stamina yang cukup untuk bekerja lebih dari 8 jam sehari. Bahkan di beberapa negara ada undang-undang yang mengatur bahwa apabila karyawan bekerja lebih dari 8 jam maka ia berhak untuk mendapatkan upah lembur – sehingga apa yang diterapkan akan bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Jadi bagaimana, kalau kamu masih tetap mau bekerja selama lima hari atau ingin mencoba empat hari?

Previous
Previous

Dapat Komplain dari Konsumen, Harus Apa?

Next
Next

Pengaruhi Pikiran Pelanggan Agar Bisnis Laris Manis