Ketika Lembaga Keuangan Jadi Artsy: Kolaborasi Kejutan di Art Jakarta 2025
Bukan cuma soal angka, sekarang bank dan platform investasi pun bicara lewat warna dan kanvas.
Di masa lalu, sponsor acara seni identik dengan logo yang sekadar mejeng di backdrop. Fungsinya jelas: menyokong dana dan menempelkan nama. Tapi hari ini, peta sudah bergeser. Lembaga keuangan, yang biasanya kita bayangkan sibuk dengan grafik naik turun dan jargon investasi, mulai masuk ke dunia seni. Bukan sekadar gaya-gayaan, tapi sebagai strategi komunikasi baru: lebih humanis, lebih emosional, dan, tentu saja, lebih Instagrammable.
Art Jakarta 2025 jadi panggung nyata tren ini. Pekan seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia ini menghadirkan 75 galeri dari 16 negara, sekaligus menampilkan sederet kolaborasi artsy antara seniman dan brand finansial. Hasilnya? Pameran yang terasa segar, playful, dan jauh dari kesan kaku.
Seni Jadi Bahasa Baru Brand
Generasi sekarang sudah terlalu kebal dengan iklan konvensional. Kata-kata bombastis, visual template, sampai jingle yang memaksa nempel di kepala – semua terasa basi. Lalu, seni hadir sebagai alternatif.
Melalui instalasi yang indah dan visual yang “ngena,” brand bisa bicara tanpa menggurui. Pesan mengalir halus, memberi ruang interpretasi, bahkan bikin orang betah berhenti, foto, dan posting.
Studi pun mendukung. Menurut Zhang & Kim (2020) dan Shiyi (2023), ada tiga alasan mengapa dunia finansial makin jatuh cinta pada seni:
Emosi dulu, angka belakangan. Seni menyentuh rasa—membuat orang merasa terhubung, bukan sekadar diiklankan.
Eksklusivitas = daya tarik. Kolaborasi seni sering lahir dalam bentuk limited edition, memicu FOMO yang nyata.
Otentik & nyantol. Seni memberi wajah baru pada brand. Visual unik plus storytelling yang bermakna bikin audiens gampang ingat.
Highlight Kolaborasi di Art Jakarta 2025
Julius Baer x Eddie Hara
Bank asal Swiss ini menghadirkan VIP Lounge bertajuk Postcards from the Alps. Eddie Hara, seniman Bandung yang lama tinggal di Basel, jadi jembatan budaya dua kota.
Bibit x Agus Suwage
Agus Suwage membawa karya kolosal berisi 60 lukisan, Portrait of Possibilities. Sebuah refleksi bahwa investasi bukan sekadar hasil akhir, tapi perjalanan.
Treasury x Azizi Almajid & Nuri Fatimah
Lewat instalasi Reserve of Care, meja makan jadi simbol nilai keluarga. Produk yang hadir pun merepresentasikan tiga fase kehidupan pasangan.
BCA x Muklay
Ilustrator hits Muklay berkolaborasi dengan Pallete Studio menghadirkan instalasi penuh warna, sesuai dengan tagline BCA: “senantiasa di sisi customer.”
Dari Angka ke Estetika
Kenapa lembaga keuangan rela repot-repot nyemplung ke dunia seni? Jawabannya ada pada persepsi. Dunia finance sering dianggap kaku, dingin, jauh dari kehidupan sehari-hari. Dengan seni, mereka bisa tampil hangat, relevan, bahkan aspiratif.
Seperti yang dikatakan Enin Supriyanto, Artistic Director Art Jakarta, kolaborasi ini terjadi karena keselarasan nilai. Brand tidak datang untuk “mengotori” karya, tapi untuk mengapresiasi dan menjaga integritas seniman. Hasilnya adalah dialog yang tulus, bukan gimmick.
Kenapa Penting untuk Masa Depan?
Kolaborasi ini bisa jadi model masa depan industri kreatif Indonesia. Semua pihak mendapat ruang:
Brand memperoleh narasi emosional yang kuat.
Seniman mendapat panggung baru untuk bereksperimen.
Publik menikmati seni yang lebih accessible, nggak lagi terbatas untuk kalangan tertentu.
Art Jakarta 2025 membuktikan bahwa seni bisa lebih dari sekadar pameran visual. Ia bisa jadi medium komunikasi strategis, menghubungkan sektor bisnis dengan emosi manusia.
Catat tanggalnya, Friends of Geometry!
3–5 Oktober 2025 di JIExpo Kemayoran. Tiket tersedia di www.artjakarta.com. Update terbaru? Cek langsung di IG @artjakarta.