Berbagi Nostalgia Dengan Dessert

Geometry-JDW_Namelaka1.jpg

Kehadiran patisserie atau toko kue ala Prancis memang bisa dikatakan sudah cukup menjamur di kota-kota urban seperti Jakarta. Meskipun begitu, masyarakat tidak mengurangi ketertarikannya untuk eksplorasi rasa. Setiap orang pasti punya seleranya masing-masing. Ada mereka yang hanya suka pastry modern dengan segala inovasi rasa. Ada pula yang suka dengan kudapan klasik dengan resep orisinal. Setiap brand pun memiliki keunikannya sendiri untuk menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Seperti Namelaka yang dikenal sebagai refined patisserie

Patisserie yang digawangi oleh pasangan suami istri, Yoan Tjahjadi dan Ivan Setyawan ini menyatakan bahwa salah satu yang menjadi perbedaan Namelaka dengan patisserie lainnya adalah penggunaan bahan-bahan yang dibuat dari nol. Mulai dari selai hingga saus isian pastry tidak ada yang berasal dari produk kemasan. Semuanya dibuat from scratch. Alasannya sederhana, karena Namelaka sangat personal bagi mereka berdua. Sehingga mereka ingin setiap kue, pastry atau kudapan yang dihasilkan menghadirkan rasa yang orisinal dan berkualitas. Inilah mengapa kata refined tepat untuk merepresentasikan tiap produk Namelaka.

Salah satu yang menjadi perbedaan Namelaka dengan patisserie lainnya adalah penggunaan bahan-bahan yang dibuat dari nol. Mulai dari selai hingga saus isian pastry tidak ada yang berasal dari produk kemasan. Semuanya dibuat from scratch.

Kesan personal ini juga terletak di setiap aspek bisnis kuliner mereka. Nama Namelaka yang berarti smooth and creamy sendiri merupakan penggambaran selera kedua suami istri tersebut. Mereka mengaku lebih suka dessert dengan rasa yang ringan dan tekstur lembut. Selain itu, kesan personal juga tersimpan di setiap produk dessert. Ketika awal Namelaka berdiri banyak produk yang terinspirasi dari memori nostalgia mereka. Contohnya kue Coffee Caramel Hazelnut yang berasal dari ingatan Ivan ketika dulu saat kuliah hampir setiap hari minum kopi dengan saus karamel dan hazelnut. Begitu juga dengan kreasi Honey Lemon Ginger Tart yang menjadi ajang nostalgia Yoan saat masih di bangku kuliah dan sering sekali minum dengan campuran madu, lemon dan jahe. 

Kreasi Namelaka untuk Jakarta Dessert Week 2019. Photo courtesy of Namelaka.

Kreasi Namelaka untuk Jakarta Dessert Week 2019. Photo courtesy of Namelaka.

Seiring berjalannya waktu, dengan filosofi yang sama yaitu menyisipkan elemen nostalgia pada setiap produk, mereka terus berkreasi tidak hanya dengan memori mereka pribadi. “Semakin ke sini kami semakin menyadari bahwa sebuah kemajuan tidak bisa berkutat pada diri sendiri saja. Walaupun tetap mempertahankan unsur memori, tapi kini kami mencoba untuk mengangkat memori yang dimiliki orang banyak. Misalnya ketika berpartisipasi di Jakarta Dessert Week 2019 kami mencoba menerjemahkan memori banyak orang tentang dessert lokal ke dalam produk dessert kami yaitu dengan menghadirkan rasa es degan dan bir pletok”, Joan menjelaskan. Mirip juga dengan kreasi produk Ontbijtkoek Dessert Jar yang merupakan kolaborasi dengan Top Tables. Ontbijtkoek adalah kue warisan zaman penjajahan Belanda yang terkenal akan cita rasa rempahnya. Tentu saja kreasi ini seakan menyambungkan memori kesejarahan antar masyarakat sehingga dapat menjadi medium bernostalgia. 

Anti-mainstream, juga dipertimbangkan menjadi salah satu nilai yang dipegang oleh Namelaka agar menjadi berbeda dengan patisserie lainnya. Yoan menyampaikan bahwa dulu ketika Rainbow Cake menjadi tren di tengah-tengah masyarakat, Namelaka tidak turut menghadirkannya. Begitu pula saat Eclair sedang marak digandrungi banyak orang. Namelaka justru mencoba untuk menampilkan variasi yang serupa namun belum banyak dijajakan yaitu Choux. Sejak buka pertama kali secara online Choux adalah kreasi Namelaka yang terus ada hingga sekarang. Bahkan sekarang di Jakarta Dessert Week 2020, Namelaka juga menghadirkan Choux dengan berbagai pilihan rasa.

Anti-mainstream, juga dipertimbangkan menjadi salah satu nilai yang dipegang oleh Namelaka agar menjadi berbeda dengan patisserie lainnya.

‘Happy Flavour Choux’ untuk Jakarta Dessert Week 2020. Photo courtesy of Namelaka.

‘Happy Flavour Choux’ untuk Jakarta Dessert Week 2020. Photo courtesy of Namelaka.

Sejalan dengan tema acara tersebut, Do You Believe in Magic, Namelaka (lagi-lagi) menyiratkan unsur memori ke dalam kreasinya yang terinspirasi dari Harry Potter. Dalam cerita bertemakan sihir tersebut terdapat jajanan yang bernama Bertie Bott’s Every Flavour Bean. Tiap kotaknya berisikan permen dengan rasa dan sihir yang berbeda-beda. Itulah yang akan dihadirkan Namelaka. Tentunya tanpa benar-benar menggunakan sihir, Choux yang dipersiapkan oleh Namelaka terdiri dari 27 rasa yang berbeda-beda. Setiap pembeli tidak akan tahu apa rasa yang didapatkan. Oleh karena itu mereka diajak untuk bisa merasakan lebih peka dan mengetahui sendiri rasa Choux yang dicicipi. Sebuah inovasi dessert yang unik, bukan?

Previous
Previous

Memaksimalkan Bisnis Kreatif dan Sosial

Next
Next

New Normal Bagi Industri Seni