ARKIPEL 2025 Bawa Aktivisme Ke Ranah Sinema

Kalau bioskop mainstream hanya dipenuhi film horor, drama keluarga, atau kisah romansa, ARKIPELJakarta International Documentary & Experimental Film Festival 2025 datang dengan sesuatu yang berbeda. Di sini, layar jadi ruang aktivisme, arsip sejarah jadi hidup lagi, dan pengalaman nonton bareng jadi ajang refleksi bersama.

Dalam perayaan festival filmnya yang ke-12, ARKIPEL 2025 akan kembali digelar sepanjang 30 Agustus - 14 September 2025 di di dua titik Kota Jakarta yaitu Forum Lenteng untuk pemutaran film & forum diskusi serta Contemporary Art Gallery TMII untuk pameran Milisifilem Collective.

Digagas oleh Forum Lenteng, festival ARKIPEL 2025 akan menghadirkan film dokumenter dan eksperimental yang tidak hanya mengantarkan kita pada nostalgia sejarah — tetapi juga mengajak kita untuk berefleksi terhadap bahaya fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Sinema Sebagai Wujud Aktivisme

Tahun ini, ARKIPEL mengangkat tema “Years of Living Dangerously” yang merujuk pada pidato presiden pertama Indonesia, Soekarno, berjudul “Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP)” pada 1964. 

Tema ini mengingatkan kita pada Konferensi Bandung yang membakar semangat kolektif untuk melawan kolonialisme dan membangun rasa solidaritas di tengah maraknya peristiwa negara-negara besar yang berebut pengaruh di Selatan Global. Semangat itu kini menemukan bentuk baru melalui 80 film dokumenter dan eksperimental dari 26 negara yang tayang di festival ini.

Bagi ARKIPEL 2025, film bukan cuma hiburan, tapi juga cara melawan dominasi budaya, menghidupkan lagi arsip yang terlupakan, dan menemukan makna baru bersama. Jadi, aktivisme hari ini tak selalu harus turun ke jalan karena ia juga bisa hadir dalam bentuk visual, suara, dan cerita yang dikemas secara kreatif untuk ditampilkan di layar,

Arsip Sejarah yang Hidup Lagi di Format Audio-Visual

Di Forum Lenteng, festival ini menayangkan program-program kuratorial dan membuka forum-forum diskusi yang menghidupkan kembali arsip penting dalam sejarah sinema. 

Salah satunya adalah screening film-film populer dari Festival Film Asia Afrika 1958–1964 untuk mengingatkan kita akan karya yang dulu pernah jadi bagian penting dalam sejarah sinema Indonesia di panggung global.

Sementara itu, pameran Milisifilem Collective: Years of Living Dangerously hadir di Contemporary Art Gallery TMII. Pameran ini menjadi platform edukasi alternatif untuk mendalami praktik eksperimentasi audio-visual selama delapan tahun terakhir. 

Dengan melibatkan 30 seniman muda, mereka merespons peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika untuk melanjutkan semangat Bandung lewat berbagi pengetahuan akar rumput dan solidaritas lintas wilayah. 

Melalui format ini, arsip sejarah dapat dilihat sebagai senjata kreatif yang memiliki energi untuk bisa dihidupkan kembali sesuai konteks zaman sekarang. Arsip-arsip ini dapat digunakan oleh generasi sineas baru untuk melanjutkan semangat aktivisme dan melawan krisis sosial, budaya, dan politik yang terjadi saat ini.

Refleksi Sejarah dan Berkaca pada Masa Depan

Selain menghadirkan arsip klasik, ARKIPEL 2025 juga menampilkan beragam program visioner yang mengajak penonton berefleksi pada sejarah sebagai bekal merangkai masa depan.

Mulai dari program kuratorial yang menggali tren visual lokal, penayangan khusus karya sineas internasional, hingga forum diskusi yang mempertemukan peneliti, seniman, dan kurator lintas bidang. Semua program ini membuka ruang untuk membaca ulang sejarah, memahami isu hari ini, sekaligus membayangkan dunia yang baru melalui sinema.

Bukan Sekedar Tontonan, Ini Arsip Sejarah yang Berharga

Pada akhirnya, film-film yang diputar di ARKIPEL 2025 merupakan bukti bahwa kreativitas dan aktivisme bisa berjalan beriringan. Dari arsip klasik Asia-Afrika hingga tren visual film lokal hari ini yang menyatu dalam satu tema ‘Years of Living Dangerously’ — semua karya ini menunjukkan bagaimana generasi baru bisa menggunakan sinema sebagai alat membaca ulang sejarah dan membayangkan masa depan.

Bagi Friends of Geometry yang tertarik untuk mengikuti perayaan festival film ini, kamu dapat langsung mengunjungi situs arkipel.org atau instagram @arkipel untuk informasi selengkapnya.


Previous
Previous

Dari Gaming ke Politik: Bagaimana Aplikasi Discord Ikut Mengantar Perdana Menteri Nepal

Next
Next

Art Toys, Mainan Kekinian yang Naik Kelas Jadi Koleksi Dunia