Ketika Ekonomi Kreatif Jadi Korban Politik Lagi

Belakangan ini, publik dibuat geram dengan berbagai sikap dan kebijakan Pemerintah yang dinilai tidak berpihak dan mementingkan kesejahteraan rakyat. Mulai dari kontroversi komunikasi krisis pejabat publik, kenaikan pajak yang mencekik, hingga kenaikan tunjangan DPR yang tidak logis — semua hal ini pada akhirnya jadi puncak kemarahan masyarakat setelah banyaknya dosa pemerintah yang telah dibuat.

Akhirnya sejak 25 Agustus 2025, aliansi buruh, mahasiswa, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mulai turun ke jalan menyuarakan kekecewaaannya. Beberapa kerusuhan besar terjadi di berbagai titik eskalasi nasional yang disebabkan oleh oknum yang tak bertanggung-jawab. Tapi, pada akhirnya siapa yang menanggung akibat kekacauan ini?

Bukan pemerintah, apalagi aparat. Melainkan berbagai sektor industri terdampak — termasuk sektor ekonomi kreatif. Ketidakstabilan kondisi negara menyebabkan banyak event kreatif yang terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan karena alasan keamanan.

Bagi publik, batalnya acara-acara ini mungkin berarti hilangnya salah satu bentuk hiburan mereka. Namun bagi pekerja kreatif yang menyelenggarakan acaranya — seperti event organizer, vendor, hingga UMKM — pembatalan acara ini artinya kerugian finansial dan hilangnya penghasilan mereka.

Rantai Efek Krisis Politik pada Ekonomi Kreatif

Ketidakstabilan politik bukan cuma soal aksi unjuk rasa. Lebih dari itu, meski kontroversi sikap pemerintah belakangan ini tidak berdampak langsung pada event kreatif, efeknya tetap menjalar ke sektor ekonomi kreatif.

Dampak jangka pendek bisa terlihat dari penundaan hingga pembatalan event atau campaign. Namun dalam jangka panjang, ketidakpastian ini berpotensi menggerus kepercayaan investor dan sponsor untuk mendukung acara dan menurunkan minat pengunjung luar negeri untuk berwisata ke tanah air lewat acara kreatif ini. Lantas seberapa parah dampak yang akan terjadi selanjutnya?

Tentu efek domino yang akan terlihat selanjutnya dari pembatalan event akan menyeramkan. Mulai dari adalah pelaku kreatif yang kehilangan pekerjaannya, roda industri kreatif yang akhirnya akan melambat, dan berkurangnya kontribusi ekonomi kreatif ke perekonomian negara. 

Jadi, terlihat kan kalau kesewenang-wenangan yang dilakukan pemerintah saat ini tidak hanya merugikan dan mengecewakan masyarakat, tetapi juga para pekerja kreatif yang jadi tulang punggung ekonomi baru Indonesia saat ini.

Seberapa Besar Kontribusi Ekonomi Kreatif untuk Negara?

Menurut Direktur Kriya Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif, Neli Yana, mengatakan kalau pada 2024 ekonomi kreatif berkontribusi sebesar Rp1.500 triliun terhadap PDB. Selain itu, sektor ekonomi kreatif ini juga diklaim sebagai salah satu penggerak pertumbuhan nasional karena mampu menciptakan jutaan lapangan kerja.

Selain itu, event berskala internasional di bidang musik, film, fashion, kuliner, hingga seni pertunjukan juga rutin mendatangkan devisa untuk negara setiap tahunnya dan menjadi ajang yang mengangkat nama Indonesia di mata masyarakat global.

Ironisnya, di tengah Pemerintah sibuk mengklaim ‘keberhasilan’ industri ekonomi kreatif, mereka lupa menjaga stabilitas politik yang justru juga menjadi fondasi keberlangsungan hidup ekosistem ini.

Throwback Kebijakan yang Terus Menggerus Ekonomi Kreatif

Kalau ditarik mundur, kerugian pembatalan event yang dilakukan oleh Pemerintah bukan hanya terjadi sekali ini saja. Sebelumnya, kebijakan efisiensi yang digagas Pemerintahan Prabowo beberapa waktu lalu lewat Inpres No.1/2025 telah menyebabkan 638 pembatalan atau penangguhan event di 32 provinsi dengan potensi kerugian bisnis mencapai Rp 492,23 miliar. 

Alih-alih melindungi sektor ekonomi kreatif yang telah ‘bekerja keras, aksi dan sikap politik Pemerintah malah sering mengorbankan pertumbuhan ekonomi kreatif. 

Maka, tak heran jika banyak pekerja kreatif yang bersuara di jalan dan melakukan protes di ranah media digital bersama massa aksi, karena solidaritas ini lahir dari kesadaran tidak hanya untuk memperjuangkan hak bersama, tetapi juga memberi nafas untuk industri kreatif terus hidup. Selama pemerintah terus abai dan mengabadikan ketidakstabilan politik ini, ekonomi kreatif akan selalu jadi korban pertamanya.

Previous
Previous

Art Toys, Mainan Kekinian yang Naik Kelas Jadi Koleksi Dunia

Next
Next

Tidak Hanya Bertabur Bintang Global, LaLaLa Festival Jadi Selebrasi Kekayaan Kreatifitas Lokal