Pahit Manis Persaingan Kopi Susu

Geometry-Persaingan_Industri_Kopi.jpg

Budaya minum kopi di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama meskipun jenis produknya berubah dari masa ke masa. Dulu tren minum kopi diawali dengan kehadiran kopi kemasan yang praktis untuk dikonsumsi di mana saja. Kemudian diikuti dengan kehadiran specialty kopi yang memperkenalkan budaya baru minum kopi di dalam kafe dengan berbagai fasilitas dan kenyamanannya. Hingga akhirnya munculah tren kopi susu yang seolah menjembatani segala kalangan untuk minum kopi.

Menurut Hadi Ismanto, CEO New Media Folder, sebuah perusahaan yang menaungi media dan creative agency, tren kopi susu dimulai oleh Tuku. Brand kopi ini hadir dengan misi untuk mengingatkan masyarakat tentang budaya minum kopi di Indonesia yang erat dengan komunitas dan keramah-tamahan. Jadi produk kopi susu yang dihadirkan oleh Tuku ditujukan untuk merangkul semua lapisan masyarakat dengan harga yang lebih efisien ketimbang di coffee shop. Namun, rasa dan kemasannya tetap lebih unggul daripada kopi sachet. Tren ini pun jadi sangat berkembang di masyarakat karena terbukanya peluang untuk membuat brand kopi yang murah, cepat tapi tetap enak. 

Seiring perkembangannya, kita bisa melihat bagaimana brand kopi susu mulai menjamur dengan tema yang serupa dan penamaan produk yang cukup menggelitik. Sebagian dari sekumpulan brand tersebut menggunakan pendekatan yang berhubungan dengan topik-topik ringan seperti asmara. Almira Shinantya, Managing Director DM ID, sebuah brand consultancy firm, mengamati bahwa nama-nama brand kopi yang tidak biasa ini menjadi sebuah angin segar dari brand kopi artisan yang terkesan eksklusif. “Masyarakat merasa lebih terhubung dengan brand-brand kopi dengan nama-nama lucu atau nyeleneh karena merasa ada inklusivitas saat mengonsumsi. Semua orang jadi merasa bisa minum kopi, yang awalnya tidak suka jadi mau mencoba. Tidak heran tren kopi susu marak di tengah-tengah kita karena secara tidak sadar kehadirannya menjadi sebuah hiburan sesaat,” ia menjelaskan. 

Hadi juga menambahkan pengamatannya tentang nama-nama unik yang kerap dikaitkan dengan brand kopi susu, “Sejauh observasi saya, Kopi Kenangan adalah pionir brand kopi susu yang dikaitkan dengan unsur-unsur asmara. Brand inilah yang akhirnya membawa produk kopi ke kelompok masyarakat yang lebih luas karena penamaan brand serta menu-menu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Setelah itu barulah bermunculan brand-brand lain dengan nama-nama yang membawa tema serupa.”

Ia pun menjelaskan jika seorang pebisnis ingin memulai sebuah brand dengan mengikuti tren terkini, perlu diingat pentingnya mengetahui visi dan target market di awal. Seorang pebisnis harus tahu apa yang ingin dicapai karena jika sekadar untuk meraup keuntungan saja tanpa adanya visi yang jelas, bisnis akan sulit untuk bertahan lama. Begitu pula apabila tidak melakukan perincian dan riset target market yang jelas sebab dua faktor inilah yang akan membentuk identitas sebuah brand. “Building a business takes time. Butuh perencanaan yang menyeluruh seperti menentukan model bisnis, melakukan riset, hingga penetapan target di masa depan. Pebisnis juga harus berupaya untuk memprediksi tren yang di masa depan sebab perilaku masyarakat dapat cepat berubah seiring perubahan tren yang ada saat ini.”

Pemahaman tersebut didukung oleh Almira yang menyatakan bahwa para pebisnis harus memastikan produknya berkualitas, tidak sekadar ikut-ikutan tren saja. Sekalipun mengikuti tren yang sudah ada, sebuah brand harus tetap memiliki pesan yang berbeda, yang bisa bertahan paling tidak lima tahun ke depan. Memiliki unique selling point yang tidak dimiliki brand kompetitor. Apabila komunikasi yang disampaikan ternyata mirip dengan kompetitor, para pebisnis harus melihat celah untuk membedakannya. Ambil sudut yang berbeda dengan esensi yang sesuai dengan value brand yang dimiliki. 

Untuk membedakan satu brand dengan brand lainnya, menurut Hadi ada tiga nilai yang bisa menjadi dasar pembentukan identitas sebuah brand. Pertama adalah practical value yang berkaitan dengan unsur-unsur praktikal seperti lokasi, harga dan rasa. Kemudian emotional value. Sebuah brand akan memiliki identitas yang unik apabila ia memiliki sesuatu yang bisa menyentuh sisi emosional pelanggan. Contohnya adalah pelayanan yang ramah atau desain yang mengunggah berbagai perasaan. Terakhir adalah social value. “Saya meyakini social value sangatlah penting untuk orang Indonesia. Kita cenderung sangat peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadap kita. Entah ingin dilihat sebagai seseorang yang mahir tentang kopi atau seseorang yang sangat peduli dengan lingkungan, masyarakat Indonesia akan memilih sebuah produk yang dapat merepresentasikan citra dirinya. Jadi sebelum membuat sebuah brand, para pebisnis bisa menanyakan nilai sosial seperti apa yang diberikan oleh produknya?” tutup Hadi.

Previous
Previous

Bersaing Dengan Rekan Kerja, Sehat Atau Tidak?

Next
Next

Mencapai Ketenangan Seutuhnya Melalui Lilin "Bhavera"