Sore: Istri dari Masa Depan Tunjukkan Kualitas Tinggi Produksi Film Lokal

Industri perfilman Indonesia saat ini tengah memasuki tahun keemasan. Tak hanya semakin tinggi angka penikmat film tanah air, namun kualitas produksi sineas nasional juga mulai memiliki standar yang tinggi. Kualitas ini tentunya tak luput pula dari peran kolaborasi lintas disiplin industri kreatif dan kerja sama produksi film berskala internasional yang mengkatalisasinya.

Film Sore: Istri dari Masa Depan menjadi salah satu contoh nyata bagaimana film layar lebar Indonesia dapat menghadirkan kisah romansa bertema ‘time travelling’ yang segar dengan balutan kualitas produksi tinggi, mulai dari keterlibatan sineas lokal itu sendiri, aktor internasional, hingga musisi dan seniman lintas bidang yang sama-sama mempunyai visi untuk menyampaikan makna cinta dan penerimaan tanpa syarat dari seseorang lewat film.

Dalam konferensi pers film Sore yang diadakan di XXI Plaza Indonesia pada 2 Juli 2025 lalu, penulis sekaligus sutradara, Yandy Laurens, mengungkapkan bahwa versi remake Sore: Istri dari Masa Depan, yang sebelumnya tayang sebagai web-series pada 2017, berangkat dari perjalanan hidupnya ketika mengarungi bahtera rumah tangga bersama istri dan kedua anaknya. 

Jika dulu Yandy hanya ingin bercerita tentang makna cinta dalam bentuk penerimaan dan relasi, kini setelah menikah Yandy ingin berbagi makna cinta lewat perasaan yang lebih dalam, yakni rasa dicintai tanpa syarat yang ia terima dari sang istri tercinta.

Untuk mewujudkan visi personal tersebut ke dalam bentuk film panjang, Yandy dan sang produser film, Suryana Paramita, merangkul banyak pihak dari berbagai latar belakang industri kreatif, baik pegiat film lokal hingga lintas negara, yang turut menyumbang warna bagi setiap scene dalam film Sore: Istri dari Masa Depan ini.

Film Lokal yang Sukses Berkolaborasi dengan Industri Perfilman Kroasia

Tentunya bukan hal yang mudah untuk mengambil latar lokasi syuting yang melintasi batas wilayah antar negara seperti Indonesia, Kroasia, dan Finlandia. Sang produser yang akrab dipanggil Mita ini, mengakui adanya perbedaan budaya dan bahasa yang menjadi tantangan produksi film karena harus bekerja sama dengan pemain dan kru dari Kroasia dan Finlandia.

“Ada keinginan untuk bercerita dengan meningkatkan begitu banyak production value sebetulnya. Dan menurutku memang sudah saatnya filmmaker Indonesia dan penonton pastinya punya keinginan melihat kualitas produksi Indonesia semakin lebih tinggi lagi,” ungkap Mita.

Lebih lanjut, selain dibintangi oleh Dion Wiyoko dan Sheila Dara sebagai pemeran utama, Film Sore: Istri dari Masa Depan ini juga turut menghadirkan aktor ternama dari Kroasia yakni Goran Bogdan dan Lara Nekić. Bahkan, Goran Bogdan sendiri tercatat pernah membintangi film pendek yang mendapatkan nominasi di ajang Academy Awards (Oscars) ke-97.

Mita menjelaskan bahwa sampai akhirnya mereka bisa mempekerjakan para aktor ternama dari Kroasia ini berawal dari sebuah kerja sama dengan salah satu produser senior di Kroasia yaitu Spomenka Saraga.

“Waktu dia (Spomenka) pelajari tentang naskahnya. Kemudian dia lihat pemain (film) Sore tuh siapa aja. Dia cek Sheila dan Dion, kemudian dia lihat filmografinya Yandy. Dia merasa bahwa Ini adalah nama-nama besar. (Selanjutnya), ada keinginan Spomenka untuk juga menawarkan beberapa nama-nama aktor yang juga punya kredibilitas tinggi dan punya pengalaman jam terbang,” jelas Mita.

Lebih lanjut, Mita juga menjelaskan bahwa setelahnya proses kerja sama berlangsung cepat karena para aktor dari Kroasia juga menyukai naskah film Sore. Meski sempat ada kekhawatiran perbedaan budaya produksi film antara Indonesia dengan Kroasia dari Dion dan Yandy, nyatanya selama proses reading hingga syuting berlangsung tak ditemukan kendala budaya yang signifikan.

Para Tangan Dibalik Layar yang Sukses Menjahit dengan Sempurna Film Sore

Tak hanya menggencarkan kolaborasi dengan pihak internasional, Cerita Films sebagai rumah produksi juga bersemangat dalam berkolaborasi bersama sinematografi dan musisi lokal. Bahkan, inspirasi hadirnya ‘waktu’ yang menjadi elemen penting dari perubahan kisah film ini, dari web-series ke film layar lebar, juga berawal dari lagu Terbuang Dalam Waktu karya grup musik Barasuara.

Selaras dengan hal tersebut, musisi Adhitia Sofyan—yang dua lagunya, Gaze dan Forget Jakarta, menjadi soundtrack orisinal film Sore— mengungkapkan bahwa peran musik dalam film ini bukan hanya sekedar pengisi latar suara adegan yang ‘ditempel’ menghiasi scene film saja, melainkan memang dihadirkan untuk menyempurnakan setiap adegan dalam film.

“Saya juga sempat ngomong sama mas Yandy bahwa lagu ini tuh ada timecode-nya ya mas. Maksudnya di lirik ini ada scene-nya, ini tuh udah pas, memang sudah tailor made gitu,” pungkas Aditya.

Adapun Director of Photography, Dimas Bagus Triatma, juga mengungkapkan bahwa sinematografi yang ditampilkan dalam film ini memang diamanatkan oleh Yandy harus dapat mewakili emosi dari setiap karakternya dan memperkuat rasa di dalam cerita yang ingin disampaikan kepada penonton.

Dengan demikian, kolaborasi internasional yang solid, pemilihan musik yang emosional, serta sinematografi yang dirancang penuh kesadaran menjadi kunci utama dalam menyatukan dan menguatkan kisah cinta Jonathan dan Sore, sekaligus menjadikan film ini tampil dengan kualitas produksi yang tinggi.


Bagi Friends of Geometry yang tertarik menonton film Sore: Istri dari Masa Depan, film ini sudah dapat di tonton di seluruh bioskop tanah air mulai 10 Juli 2025 ya!

Previous
Previous

Musikal Petualangan Sherina Hadir Kembali, Cerita Teater Sherina dan Sadam Kian Relevan

Next
Next

Rilis Album Kedua, Voxxes Ceritakan Kelanjutan Eksplorasi Emosional dan Musikal Mereka