Karafuru Carnival: Kenalkan Karya NFT Lewat Karnival Pinggir Laut
Ketika mendengar kata NFT kemungkinan sebagian besar dari kita sudah familiar. NFT sendiri pada dasarnya adalah sebuah digital asset dalam blockchain. Keunggulan dari teknologi ini adalah pada keterbukaan dan pencatatan data kepemilikan, dalam artian ketika kita menjual ataupun membeli sebuah karya digital di NFT seluruh transaksinya akan tercatat dan dapat diakses oleh publik. Seluruh datanya bisa diverifikasi mulai dari siapa pembuat karya hingga kepada siapa saja karya tersebut pernah terjual.
Pencatatan yang runut dan terbuka di blockchain juga sebenarnya dapat membantu para seniman untuk menekan tingkat pembajakan. Fitur di NFT memberikan rekam jejak yang jelas akan hak cipta dan hak milik sebuah karya, hal ini juga yang membuat sense of ownership karya di NFT menjadi lebih tinggi.
Istilah NFT sendiri tidak dapat dipungkiri menjadi lebih popular setelah berita mengenai Ghozali mulai mendapat perhatian publik. Banyak orang yang mulai tertarik melihat tingginya penjualan NFT Ghozali di OpenSea. Sayangnya mungkin akan sulit untuk mengulang formula kesuksesan yang didapatkan Ghozali. Co-Founder Karafuru, Jeffry Jouw mengungkapkan bahwa menurutnya ada tiga hal utama yang memengaruhi penjualan NFT secara umum yaitu karya, komunitas, dan utility.
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam menjual karya NFT tentu saja adalah kualitas seni dari karya itu sendiri, pembeli tentu akan memilih karya yang menurut mereka bagus dan sesuai dengan selera visual mereka. Faktor kedua yaitu komunitas, contoh paling nyata dari faktor satu ini adalah NFT Ghazali, swafotonya bisa laku terjual juga karena ada komunitas yang ikut meramaikan penjualan NFT tersebut dan juga perbincangan di sosial media. Faktor ketiga yaitu utility, artinya ketika membeli karya NFT orang juga akan menimbang kembali keuntungan apa yang akan didapatkan. Jika kreator memberikan keuntungan tambahan di samping karya seni yang dijual tentu hal ini akan menjadi bahan pertimbangan yang cukup krusial.
USS bersama dengan Museum of Toys dan seniman WD Willy bekerja sama dalam membuat project NFT Karafuru. Pada 25 Maret hingga 3 April 2022 mendatang juga akan diadakan event Karafuru Carnival. Acara ini sendiri sebenarnya adalah wujud pembuktian secara offline hasil dari project yang diinisiasi oleh USS ini.
“Event Karafuru Carnival ini open for public, jadi cocok banget buat orang-orang yang baru mau kenal NFT. Di sini kalian bisa lihat hasil dari NFT yang kita bawa secara offline. Kalau kamu punya NFT Karafuru juga ada benefit lain yang bisa kamu dapat seperti makanan dan mainan gratis dan benefit-benefit lainnya,” ungkap Jeffry.
Karafuru sendiri terinspirasi dari budaya Jepang, sehingga dari segi visual juga terlihat sentuhan style anime. Nama Karafuru diambil dari kata colorful yang kemudian dibaca dengan aksen Jepang menjadi Karafuru. Event Karafuru Carnival ini akan hadir Cove, Batavia PIK 2, Jakarta. Kamu bisa benar-benar melihat hasil penjualan dari NFT Karafuru dengan banyak elemen kejutan lainnya. Tak hanya itu, Karafuru Carnival juga menyiapkan merchandise berupa t-shirt, sticker pack, dan masih banyak lagi. Melalui Karafuru Carnival diharapkan karya NFT asal Indonesia juga bisa dikenal di pasar global tidak hanya dalam negeri saja.