Hello Beautiful! Standar Kecantikan Tak Lagi Relevan Bagi Gen Z

Geometry-GenZ_Beauty_Standard-01.jpg

Tren kecantikan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Setiap generasi memiliki definisinya masing-masing saat membahas mengenai kecantikan, begitu pula dengan Gen Z. Sebagai generasi yang berhubungan baik dengan media sosial, Gen Z sudah terbiasa mengutarakan opininya ke publik dengan lebih terbuka, jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.  

Kebiasaan Gen Z untuk lebih bebas dalam beropini juga menyebabkan standar kecantikan tidak lagi relevan. Narasi mengenai kecantikan yang umum dijumpai kini adalah setiap individu memiliki pesonanya masing-masing. Sehingga setiap individu dapat dengan bebas memaknai kecantikan berdasarkan standar yang berbeda satu sama lain.

Narasi mengenai kecantikan yang umum dijumpai kini adalah setiap individu memiliki pesonanya masing-masing.

Tingkat penerimaan diri yang semakin membaik membuat Gen Z lebih percaya diri untuk menunjukkan sisi yang tadinya dianggap kekurangan. Seperti tekstur kulit, freckles, bekas jerawat, stretch mark dan lain-lain. Kendati demikian, Gen Z juga terbilang sangat melek informasi terkait dengan produk-produk skin care. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Kyra Media terhadap 3.500 responden online menunjukkan bahwa Gen Z akan dengan sangat berhati-hati mempertimbangkan pembelian produk kecantikan berdasarkan informasi di internet dan influencer yang mereka ikuti.

Gen Z juga lebih menyukai tampilan make up yang lebih minimalis tanpa banyak mengubah fitur asli wajah mereka. Maka, muncullah tren “no makeup” makeup look. Tren ini mulai muncul kurang lebih enam tahun yang lalu. 

Hal ini juga berdampak pada pendekatan yang coba dilakukan oleh berbagai brand kecantikan. Penggunaan model dengan warna kulit dan bentuk tubuh yang beragam menjadi strategi paling lumrah untuk memenangkan hati konsumen Gen Z. 

Mengutip Vogue Business, Gen Z memiliki kecenderungan berbelanja lebih banyak untuk brand yang terasa seperti “kawan”. Dapat juga dimaknai bahwa pendekatan kecantikan yang digunakan oleh brand tersebut memang dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 

Gen Z memiliki kecenderungan berbelanja lebih banyak untuk brand yang terasa seperti “kawan”

Salah satu contoh brand yang mencoba menggunakan pendekatan ini adalah Victoria Secret yang memutuskan untuk menggunakan model plus size sebagai bagian dari promosi mereka. Meski terbilang kontroversial, tetapi strategi tersebut adalah cara Victoria Secret untuk membuat brand mereka menjadi lebih relatable dan inklusif

Gen Z memaknai cantik tidak hanya sekedar merias tampilan secara fisik melainkan juga sebagai bentuk dari ekspresi dan eksplorasi diri. Oleh karena itu, Gen Z juga memiliki ketertarikan untuk melihat sesuatu dari balik layar, begitu juga dengan kecantikan. Produk yang bagus saja tidak cukup untuk memikat perhatian Gen Z, pesan ataupun nilai yang terkandung dalam suatu produk juga turut memengaruhi keputusan pembelian pelanggan. Cruelty free, Eco-friendly, atau pun vegan menjadi nilai tambah yang banyak disasar oleh Gen Z.

Produk yang bagus saja tidak cukup untuk memikat perhatian Gen Z, pesan ataupun nilai yang terkandung dalam suatu produk juga turut memengaruhi keputusan pembelian pelanggan.

Kecantikan bagi Gen Z bukan lah menjelma menjadi sesosok dewi yang digambarkan oleh media melainkan berproses menjadi versi terbaik dari diri sendiri.


Previous
Previous

Kiat Festival Film di Kala Pandemi

Next
Next

Semarak Hari Kemerdekaan dalam Dunia Virtual