Geometry Selects: Pembicara Yang Harus Banget Kamu Tonton di IdeaFest 2025
The Biggest Collaborative Festival is Back! IdeaFest kembali Diadakan di Jakarta International Convention Center, dari 31 October hingga 2 November nanti. Mengusung ema “(Cult)ivate the Culture” IdeaFest 2025 akan menghadirkan ratusan pembicara berbeda - dari creator global hingga icon lokal.
Tema festival tahun ini diperkuat oleh keseruan lain seperti IdeaFest X yang akan menjadi ajang berkolaborasi, belajar dan level up dengan para kreatif-kreatif lokal masa kini. SEMASA di IdeaFest juga hadir kembali dengan lebih dari 200 tenan berbeda, dari brand-brand lifestyle terkurasi hingga F&B viral.
Berikut lima global thinkers IdeaFest tahun ini yang patut diantisipasi, membawa ide-ide cemerlang dari sisi dunia mereka serta cerita-cerita mereka yang dapat menginspirasi Friends of Geometry!
NICEAUNTIES (Singapura)
Dari pameran-pameran di V&A Museum London dan Grand Palais Paris ke panggung JICC Jakarta, ‘everyone’s favourite auntie’ datang dengan pendekatan inovatifnya yang kian mendorong batasan seni kontemporer dan design. Lewat artificial intelligence (AI), media digital dan mixed media, NICEAUNTIES mengeksplorasi tema-tema kecantikan dan proses penuaan, terinspirasi oleh figur-figur perempuan berpengaruh dalam hidupnya serta sosok ‘auntie’ atau ‘tante’ di budaya Asia.
Dengan semangat empowerment dan ekspresi diri, seniman Singapura ini memadukan narasi-narasi yang berani dengan surealisme serta kawaii culture, menghasilkan karya-karya yang tentunya playful tapi juga menggugah pikiran. Dengan visinya yang imajinatif, NICEAUNTIES juga mempertemukan dunia arts and culture dengan dunia komersial, bekerja sama dengan brand-brand global seperti Swatch dan L’Oreal.
Dana Dajani (Palestina)
Penulis, seniman, aktor, aktivis dan lebih pentingnya lagi, a proud Palestinian, Dana Dajani hadir untuk menginspirasi penonton di IdeaFest 2025. Dana, yang sudah tampil di panggung-panggung dunia dari Guggenheim Museum Bilbao hingga Sydney Opera House, menyentuh penonton dengan one-woman show-nya yang memadukan seni puisi dan teater.
Lewat penampilan spoken word poetry, yang hanya dibantu gerakan-gerakan tubuhnya dan barang-barang sederhana saja, Dana menghidupkan karakter-karakter berbeda. Memberikan ‘suara’ yang powerful kepada mereka, Dana menjelajahi berbagai perspektif, mengedepankan nilai-nilai keadilan sosial di antara kita sebagai manusia.
Jusuf Serifi & Nina Knaack (Belanda)
Seni digital kini membentuk culture serta menciptakan peluang-peluang ekononomi kreatif baru. Melalui art house SILK, Jusuf Serifi (co-founder) bersama Nina Knaack (editor-in-chief) menyusun visi dan strategi untuk menghadapi masa depan seni dengan digital creativity, menjadi jembatan antara seniman, kolektor hingga institusi-institusi berbeda dari seluruh dunia.
Jusuf, yang berangkat dari street art sebelum menjadi salah satu kolektor awal yang membentuk kebangkitan seni AI, mengeksplorasi experience publik terhadap seni digital dan bagaimana kita menghargainya. Nina, seorang kurator dan ahli sejarah seni kontemporer, berfokus pada bahasa dan kekuatannya untuk menghubungkan audiens luas dengan sebuah karya serta makna dibaliknya. Bagi Nina, kata-kata seharusnya digunakan sebagai alat untuk membantu membedah karya seni, alih-alih sekedar menjelaskannya saja.
Maren Amini (Jerman)
Illustrator dan kartunis award-winning Maren Amini menggabungkan storytelling kuat, kedalaman visual dan semangat kreativitas tanpa batas: Washington Post, Jagermeister dan Kementerian Luar Negeri Jerman merupakan beberapa dari beragam klien-nya yang ternama.
Keberanian dalam berkarya ini ia dapatkan dari perjalanan dirinya sendiri serta keluarganya yang inspirasional. Maren bercerita tentang kehidupan bapaknya di Afghanistan dalam novel grafis terbarunya, “Ahmadjan and the Hoopoe” (Ahmadjan dan Burung Hantu) yang di nominasi untuk penghargaan German Youth Literature Prize tahun ini. Untuk karya-karya sebelumnya, ia juga pernah mendapatkan apresiasi dari American Illustration Awards.