Skena Bisnis di Pulau Sumatera

Kalau membahas industri kreatif biasanya lekat dengan Jakarta atau kota-kota besar yang ada di pulau Jawa. Eksposur yang lebih luas terhadap media dan perkembangan industri bisnis kreatif bisa jadi adalah salah satu alasannya. Namun, geliat bisnis di luar pulau Jawa juga sudah semakin menarik, lho. Kali ini Geometry berkesempatan untuk berbincang dengan 3 pegiat bisnis yang berbasis di Pulau Sumatera.

Zoomatra, Jambi

Kita akan berangkat dari Jambi. Zoomatra adalah sebuah brand pakaian yang mulai hadir pada tahun 2020 lalu. Terinspirasi untuk mengenalkan Pulau Sumatera melalui mode, dengan mengangkat unsur seni, budaya, hingga keindahan alam pulau Sumatera sendiri.

Dicky, Founder Zoomatra, membagikan pandangannya akan industri kreatif di Jambi. Menurutnya, industri kreatif Jambi masih pada tahap berkembang selama 3 tahun terakhir. Industri yang baru terlihat potensinya adalah kuliner, mode, dan sejarah kota Jambi sendiri.

Keuntungan berbisnis di Jambi adalah, skena kreatifnya yang fokus pada komunitas-komunitas yang ada. Ditambah dengan kecilnya kota Jambi, setiap hal yang baru muncul akan langsung terdengar ke setiap sudut kota, sehingga antusiasme pasar di Jambi dapat terfokus pada bisnis yang baru muncul dan berkembang. Di sisi lain, Dicky menyayangkan generasi muda Jambi yang masih menjadikan kota-kota di Pulau Jawa sebagai role-model sehingga sedikit yang mengangkat budayanya sendiri sebagai suatu produk. 

“Karena banyak banget, streetwear-streetwear Jambi yang muncul itu dengan mengadopsi streetwear luar, atau temen-temen dari kota-kota besar gitu. jadi mood rancangannya itu masih seputar hal-hal yang diluar dari budaya intinya sendiri,” ujarnya.

Menurut Dicky, hal ini dikarenakan belum adanya local hero ditambah dengan konsistensi brand lokal yang belum kuat juga kurangnya eksposur dari media-media lokal.

Osteria, Sumatera Barat

Berpindah ke Padang, Sumatera Barat. Berawal dari sebuah usaha kafe keluarga bernama Weekend Cafe pada 2020 di masa awal pandemi, Cindy kemudian membuka sebuah restoran wood-fire pizza bernama Osteria. Osteria yang hadir di tengah kesulitan pandemi, dengan seluruh aturan pemerintah juga berdampak pada industri bisnis f&b di Padang. Cindy memutuskan untuk membuka Osteria dengan sistem pre-order dan take away, mengingat banyaknya tempat makan yang tutup, kosong dan sepi.

“Kalo misalnya pas kita buka di Juli 2020 kan itu kan kaya sekitar 4 bulan pas covid baru mulai ya. Jadi restoran di Padang itu rata-rata kaya kosong, tutup atau sepi. Jadi makanya kita kerjain nya itu sistem preorder aja, jadi orang bisa menikmati makanannya di rumah. Jadi makanya pas kerjain ini. Gimana ya, bisnisnya seluruh kota Padang agak lagi susah deh dibilang,” bubuhnya

Melihat perilaku pasar sekitar yang masih mengejar tren dan kemudahan menyebarkan informasi bisnis, Pada masa awal pembukaannya Osteria mencatatkan ratusan pre-order dalam satu hari. 

“Jadi awal-awal kta booming banget, jadi kaya awal-awal covid tahun 2020 itu kita sempet seminggu kita bisa kaya 3 hari gitu kita punya PO dan itu bisa ratusan pizza sehari, itu bisa kaya 150 pcs per hari PO nya, tapi nanti pelan-pelan gimana ya, udah agak ga begitu hot lagi. Karena di Padang orang pasti nyari kaya yang paling baru, paling hot adalah apa gitu,” jelasnya

Dalam perkembangannya, Osteria juga melihat selera masyarakat Padang yang lebih Nusantara sehingga kini Osteria lebih banyak demand dari luar Padang. Lambat laun pesanan Osteria difokuskan dalam bentuk frozen untuk dikirim ke luar kota seperti Jakarta, Surabaya dan Bali.

Kurasi Lokal, Sumatera Utara

Bergeser ke daerah Sumatera Utara, terdapat sebuah usaha menarik  di bidang retail, yaitu Kurasi Lokal. Caris sebagai founder, menerangkan keinginannya untuk mengedukasi muda-mudi bahwa produk anak bangsa tak kalah menarik dibanding dengan produk luar negeri. Pun sebaliknya, Caris juga ingin memberi gambaran bagi para pegiat bisnis bahwa daerah di Sumatera tak sekecil yang dipikirkan.

“Maksudnya itu kita mau memperkenalkan kalo produk lokal itu ga cuma fashion aja loh, karena kalo di Medan orangkan lebih melek ke baju, tapi kaya produk-produk lainnya kaya lifestyle juga ga kalah bagus. Nah dimulai dari sana kami mencoba untuk start buat kayak new company called Kurasi Lokal,” jelas Caris

Kurasi Lokal kini menjadi wadah berkumpulnya produk-produk lokal Indonesia di Medan, dijual secara offline maupun online, minat pasar pada produk lokal sangat tinggi di Medan khususnya saat tahun baru, Natal, dan Imlek.

Sayangnya, sejalan dengan Dicky, Caris juga menyayangkan sedikitnya media yang berada di Sumatera Utara untuk mendorong perkembangan industri kreatif atau bisnis-bisnis lokal bila dibandingkan dengan kota-kota besar di pulau Jawa.

“Karena Let's say kaya di Jakarta atau kota lainnya itu ada media yang mendukung atau me-woro-woro kan industri kreatif ini, atau bisnis kreatif ini, ada komunitasnya, sedangkan di Medan sendiri itu masih sangat sedikit,” terangnya

Terlepas dari kurangnya eksposur yang didapatkan, serta kiblat masyarakat yang masih Jawa-sentris dalam melihat tren, peluang untuk berbisnis tentu saja ada. Membentuk bisnis yang memiliki kemungkinan untuk berkembang di masa yang akan datang ditambah pelaku bisnis yang belum terlalu ramai dapat menjadi angin segar bagi individu yang tertarik mencolek pasar pulau Sumatera.

Previous
Previous

Bagaimana Cara Menemukan Mentor dalam Bisnis?

Next
Next

Geometry Selects: Rekomendasi Podcast Untuk Teman WFH Kamu