Membangkitkan Koleksi Nostalgia

Geometry-Exsport.png

Siapa yang tidak kenal Exsport? Brand tas lokal asal Bandung ini tidak terasa sudah mencapai usia 42 tahun perjalanannya. Dimulai dari tahun 1979, dengan koleksi pertama berupa tas punggung RR 01 1979 Backpack yang dibuat langsung oleh Ronny Lukito dengan berbekal dua mesin jahit, Exsport pun berkembang dengan memproduksi dan memasarkan tas sekolah di masa awal kehadirannya.

RR 01 1979 Backpack - Photo Courtesy of Exsport

RR 01 1979 Backpack - Photo Courtesy of Exsport

“Jadi, dulu Pak Ronny menamai tas buatanya dengan nama RR, yang merupakan singkatan dari ‘ransel Ronny’, lalu diikuti dengan nomor di belakangnya. Ada RR 01, RR 02, dan seterusnya,” terang Angel Lukito, Manajer Pemasaran Exsport, memulai penjelasannya.

Selama 42 tahun, Exsport telah melakukan delapan kali rebranding, dari yang identik dengan tas sekolah, kemudian menjadi maskulin sporty, kasual sporty, feminin ceria, feminin minimalis, hingga tas untuk anak kecil. Secara target market juga, hingga tahun 2016, Exsport masih menyasar pasar unisex. Baik tas untuk laki-laki maupun perempuan, sama-sama diproduksi oleh mereka sebelum tahun 2016 ini.

Namun kemudian, diketahui secara produk, tas yang ditujukan untuk perempuan lebih terlihat menonjol. Dari sisi penjualan pun, lebih didominasi oleh pembeli perempuan. Selain itu, dalam struktur holding company, selain Exsport, sudah terdapat dua brand tas lain yaitu Bodypack, yang khusus menyediakan produk tas untuk laki-laki, dan Eiger, dengan tas yang ditujukan untuk keperluan outdoor serta gaya hidup petualang.  Oleh sejak itulah, Exsport lantas diarahkan untuk berfokus pada target pasar perempuan, yang  secara produk pun, memungkinkan diversifikasi yang lebih beragam. Contohnya, perempuan lebih sering menggunakan tas dengan beragam model sesuai kebutuhan atau pakaian yang mereka gunakan.

Melakukan rebranding terus menerus memang bukan langkah yang sederhana. Akan selalu ada tantangan dalam mengenalkan identitas baru brand pada pasar. Untungnya, nama Exsport sudah cukup kuat mengingat usianya sendiri yang telah mencapai puluhan tahun. Angel menyebutkan, dari sekian banyak perubahan yang Exsport lakukan, secara tidak langsung sebenarnya telah mengungkapkan identitas mereka sesungguhnya, yaitu sebagai seorang petualang atau explorer. Brand ini senang melakukan eksplorasi untuk terus berinovasi, menyesuaikan diri dengan masa, dan merefleksikan nilai kebaikan dari tiap penggunanya. Kini, mereka pun tidak lagi membatasi diri pada produk tas. Exsport telah berkembang menjadi brand gaya hidup dengan variasi produk yang lebih beragam, mulai dari tas, topi, hingga jam tangan.

Core value kami adalah ‘sparking goodness’. Jadi kami ingin ke depannya dapat menjadi wadah bagi perempuan untuk berkreasi mengeluarkan ide, karya, dan apapun ekspresi mereka,” sebut Angel. “Kami akan membuka diri untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, yang tidak selalu harus dilakukan oleh mereka yang sudah memiliki nama saja. Misalnya seorang seniman yang baru merintis, bila memungkinkan dan sesuai karyanya, ingin kami ajak untuk melakukan kolaborasi juga.”

Koleksi Explorer’s Sunny Season - Photo Courtesy of Exsport

Koleksi Explorer’s Sunny Season - Photo Courtesy of Exsport

Exsport percaya setiap perempuan itu unik, dan bisa memperjuangkan apa yang mereka mau. Nilai-nilai ini pun diproyeksikan dalam desain serta warna koleksi terbaru mereka, Explorer’s Sunny Season, yang hadir di tahun 2021 ini. Koleksi ini hadir dalam berbagai produk tas seperti rucksack, laptop backpack, waist bag, pouch, duffle bag, tote bag, hand bag, dan laptop sleeve, lengkap dengan 11 pilihan warna serta kolaborasi.

Yang unik, salah satu tas yang hadir dalam koleksi ini adalah tas RR 01 1979 Backpack, yang merupakan tas pertama dari brand ini. “Setelah 42 tahun, kita merasa belum memiliki produk yang ikonik, bila dibandingkan dengan brand tas dari luar yang kurang lebih berusia sama,” terang Angel memaparkan. “Misalnya East Pack atau Jansport yang bisa diidentikkan dengan salah satu jenis tasnya yang sudah menjadi ikon.”

Photo Courtesy of Exsport

Photo Courtesy of Exsport

Oleh karena itu, Angel  berharap dengan kembali menghidupkan tas RR 01 1979 Backpack, dapat menghadirkan nilai nostalgia dan ikonik pada produk mereka satu ini. Exsport menyadari, perjalanan yang  perlu ditempuh untuk menjadikan suatu produk disukai konsumen pun tidak singkat. “Yang menjadikan sebuah produk ikonik adalah konsumen, dan biasanya ini berjalan seiring waktu,” lanjut Angel menjelaskan. “Tantangannya di Exsport, konsepnya seperti terbalik. Kita yang mencoba menghadirkan tas mana yang dijadikan ikon. Jadi, perlu dikomunikasikan dengan baik untuk mencapainya.”

Kembali hadirnya koleksi pertama Exsport di saat ini dirasa tepat pada waktunya, serta tidak lepas juga dari peran Gen Z yang memiliki ketertarikan pada gaya hidup serta unsur desain dari tahun 1960 dan 1970-an, sehingga menciptakan tren retro atau klasik di tahun 2021 ini. “Pasar utama Exsport adalah Gen Z yang lahir di era digital di mana informasi mudah sekali diperoleh. Mereka bisa melihat di masa lalu ada sejumlah hal ‘jadul’ yang tidak mereka rasakan, sehingga akhirnya mereka tertarik dan membawa elemen nostalgia tersebut ke masa ini,” sebut Angel. “That’s why, mereka menyukai kamera analog, thrifting, dan menghargai sesuatu yang berbau klasik. Inilah juga mengapa koleksi produk baru kita yang diluncurkan memiliki gaya klasik dalam pemilihan desain, warna, serta narasinya.”

Photo Courtesy of Exsport

Photo Courtesy of Exsport

Apa yang membuat Exsport berkembang hingga sejauh ini tidak lepas dari peran pendirinya, Ronny Lukito yang di tahun 1980-an berani melakukan eksplorasi desain serta material untuk membuat tas. Misalnya di saat bahan jeans belum umum untuk dijadikan tas, Exsport saat itu menghadirkan tas berbahan jeans yang memberi angin segar pada pasar saat itu.

“Tentunya seiring perkembangan waktu, strategi untuk mengembangkan brand belum tentu sama. Bila dahulu eksplorasi desain adalah kekuatan kami, kini, masanya lebih ke desain yang berkelanjutan, dan tentunya kolaborasi,” tutup Angel mengakhiri pembicaraan. “Intinya harus kreatif bila memiliki brand.”

Previous
Previous

Kerajinan Tangan Modern di Tangan Kreator Lokal

Next
Next

Bye, Email! Gen Z Lebih Memilih Collaboration Tool