Masa Depan Kita Berada Di Tangan Para Kreator

Geometry-Kreator (1).jpg

Percaya tidak bahwa evolusi masyarakat di masa depan berada di tangan para kreator? Para seniman seperti pelukis dan musisi atau orang-orang yang berada di bidang kreatif adalah orang-orang yang akan menentukan pergerakan sebuah peradaban baru. Menurut observasi Christopher Angkasa, CEO CoHive, manusia pada hakikatnya adalah pencipta atau mengikuti esensi Pencipta. “Our God is the ultimate creator”, begitu tulis Chris lewat Instagram Story-nya. Ia berargumen bahwa kepenuhan manusia didapatkan dari proses kreatif, proses kerja. Ketika kita bisa menikmati budaya, kekuasaan dan uang hanyalah penggerak. Bukan tujuan akhir. Tapi sebelum beranjak ke sana, sebuah negara atau masyarakat harus melalui dua tahap terlebih dahulu.

Kepenuhan manusia didapatkan dari proses kreatif, proses kerja.

Tahap pertama adalah chaos atau kekacauan. Ketika ada kekacauan, manusia berusaha mencari cara keluar dari kekacauan tersebut. Demikianlah timbul perang untuk mencapai kebebasan dan kedamaian. Di tahap pertama ini, belum ada yang terpikir untuk menciptakan inovasi. Apalagi bisnis. Apapun yang ingin dibangun pada masa tersebut hanya untuk masa tersebut karena belum tentu di tahun depan akan bermanfaat. 

Setelah tahap pertama sudah dilewati, sudah ada kestabilan di aspek pemerintahan, barulah sebuah negara dapat bergerak ke tahap kedua. Tidak semua negara atau kelompok masyarakat bisa bergerak ke tahap selanjutnya. Ada yang tidak beranjak seperti Korea Utara. Negara ini ternyata menemukan kedamaiannya di tahap pertama dengan cara otoriter. Namun, negara-negara yang bergerak ke tahap kedua biasanya akan membangun infrastruktur ekonomis, mulai membuat pergerakan bisnis jasa atau perdagangan. Di tahap ini, kualitas hidup masyarakat negara tersebut mulai membaik sehingga mereka sudah bisa merencanakan hidup secara jangka panjang seperti menabung atau berinvestasi. 

“Jika manusia sudah bisa mencapai kestabilan ekonomi dan berpikir dalam waktu panjang, ia akan berpikir untuk menciptakan sesuatu yang jauh lebih bernilai dari uang. Tapi ini hanya bisa terjadi jika sudah melewati tahap pertama dan kedua. Perlu diingat bahwa ketika masyarakat sudah berada di tahap kedua di mana kemakmurannya meningkat, belum tentu mereka akan beranjak ke tahap 3. Terutama jika di tahap kedua terjadi pemusatan ekonomi yaitu adanya kesenjangan sosial yang parah sehingga masyarakat bisa kembali ke tahap pertama menciptakan konflik dan kekacauan”, jelas Chris lagi. 

Oleh sebab itu, tahap ketiga baru bisa terjadi saat masyarakat merasa uang bukanlah satu-satunya alat untuk memenuhi kepuasaan. Pada titik ini berarti ada peran pemerintah dalam mengalokasikan dana ke publik. Saat kualitas hidup semakin meningkat, di tahap ketiga peradaban masyarakat bukan hanya sekadar tentang materi tapi juga pemenuhan diri. Di masa peradaban ini manusia menyadari kebutuhan untuk konsumsi budaya. Maka, di saat ada kebutuhan konsumsi tersebut, timbulah tren profesi yang bisa memenuhinya.

Kalau kita mau melihat dari kacamata perkembangan teknologi 20 tahun lalu, musisi hanya dapat uang dari pertunjukkan. Seiring perkembangan zaman, mereka mendapat keuntungan dari penjualan medium fisik seperti kaset dan CD. Tapi masalahnya, untuk biaya rekaman butuh biaya besar. Itulah mengapa mereka harus berada dalam satu manajemen atau satu label rekaman. Namun, dengan begitu mereka sama saja bekerja untuk orang lain di mana keuntungan dari mereka berkarya harus dibagi-bagi. Begitu juga jurnalis, mereka pintar nulis tapi harus bekerja dalam satu institusi seperti perusahaan majalah atau koran. Kini dengan pergerakan teknologi yang canggih, para kreator ini bisa mengatur distribusinya sendiri. 

Musisi kini bisa mengatur distribusi dengan teknologi. Kini sudah banyak situs yang bisa membantu musisi untuk melakukan distribusi karya mereka tersebut. Meskipun sebenarnya kita belum benar-benar sepenuhnya berada di tahap ketiga karena musisi masih butuh mencari pemasukan dari pertunjukkan. Oleh sebab itu, jika ingin benar-benar sepenuhnya berada di tahap ketiga, masalah monetisasi karya sudah dapat teratasi. Dengan berbagai perangkat yang mempermudah proses distribusi dan monetisasi, musisi dan artis dapat dengan bebas untuk berkarya. Akhirnya, pencapaian pemenuhan jiwa pun terpenuhi karena mereka tidak lagi perlu memikirkan soal uang dan memiliki lebih banyak waktu untuk berkarya.

Chris pun menyatakan, “Nantinya kita akan melihat adanya masa bersinar untuk para seniman atau kreator. Mungkin mereka tidak akan memiliki kekayaan yang sama dengan seniman di zaman dulu, tapi mereka memenuhi tujuannya untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan menyalurkan ekspresi dirinya. Seorang musisi paling tidak butuh 1000 pendengar yang berlangganan untuk mendapat keuntungan. Tapi dengan begitu barulah ketiga tahap: kestabilan, kemakmuran, dan pemenuhan jiwa terpenuhi menciptakan hidup yang lebih berkualitas.”

Previous
Previous

Apa Untungnya COD Bagi Bisnis?

Next
Next

Virtual Cinema, Model Bisnis Alternatif Bagi Bioskop Independen