Hom Lab: Eksplorasi Cangkang Telur

Geometry-Hom_Lab-Cover.jpg

Di mata orang awam, mungkin sisa cangkang telur tidak begitu berarti. Namun bagi Celine Ariella dan Joshua Aditama, cangkang telur menjadi bahan bakar untuk berkarya tanpa batas. Di bawah label Hom Lab yang mereka rintis, sejumlah produk mulai dari lilin hingga wadah dalam berbagai bentuk, berhasil diciptakan keduanya menggunakan cangkang telur sebagai bahan utama.

“Keluarga kami memiliki usaha es krim di Semarang. Setiap harinya, sampah kulit telur itu benar-benar banyak sekali,” terang keduanya membuka pembicaraan. “Dari sini, kami berpikir, apa yang bisa dimanfaatkan darinya, karena setahu kami, cangkang telur memiliki kalsium cukup tinggi dan seharusnya bisa dibuat menjadi sesuatu. Mulailah dari sini kami melakukan berbagai riset.”

WhatsApp+Image+2020-09-08+at+2.24.26+PM.jpg

Hampir seluruh produk yang ditawarkan Hom Lab terbuat dari cangkang telur yang telah dibersihkan, diblender hingga halus, dicampur dengan air dan beberapa material lainnya sebagai agregat, lalu dicetak serta dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. “Kami mengusahakan bahan yang digunakan untuk membuat produk adalah biomaterial, aman bagi lingkungan, dan bila memungkinkan food grade (aman untuk produk makanan),” lanjut mereka menjelaskan proses kreatif di balik kreasi Hom Lab. “Saat ini kami menyediakan produk scented candle, DIY candle kit, egg ware (aneka wadah dari bahan cangkang telur), dan bioplastik. Hom Lab sendiri basic-nya adalah riset di material cangkang telur untuk dimanfaatkan menjadi banyak produk. Terdapat banyak posibilitas untuk pengembangan produk ke depannya menggunakan material ini.”

Untuk bioplastik, Celine dan Joshua menggunakan bahan campuran ekstrak lemak nabati, emulsi organik, serta tambahan beberapa bahan organik lainnya. Kesemua bahan ini dicampur menjadi satu hingga membentuk cairan bubur yang halus, lalu dicetak menggunakan cetakan yang hampir sama untuk mencetak kertas daur ulang sebelum kemudian dikeringkan. Setelah itu, lembaran bioplastik akan dipotong sesuai keinginan dan direkatkan atau disegel antar bagiannya menggunakan heat press.

WhatsApp Image 2020-09-08 at 2.24.26 PM (3).jpeg

Mengingat latar belakang pendidikan keduanya yang sama sekali tidak berkaitan dengan ilmu kimia, teknik, atau sains, Celine dan Joshua mengakui butuh kurang lebih dua tahun untuk belajar dan melakukan sejumlah uji coba sebelum akhirnya menemukan hasil yang mereka inginkan. “Kami berdua lulusan desain. Bagaimana kemudian kami mengerti tentang biomaterial adalah dengan membaca sejumlah jurnal penelitian dan artikel terkait yang banyak dipublikasikan oleh beberapa universitas di Eropa dan Amerika. Jurnal-jurnal ini cukup rinci pemaparannya, sehingga memudahkan siapa saja untuk belajar,” tutur keduanya. “Dari sini, kami pun lantas mencoba memanfaatkan sampah cangkang telur yang ada dan membuat produk dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar. Seluruh produk yang ada dibuat di rumah dengan alat dan bahan yang tersedia di dapur. Oleh karena itulah kami memilih nama Hom Lab untuk brand kami.”

Karena terbuat dari biomaterial, rangkaian produk mereka termasuk mudah untuk terurai. Untuk bioplastik sendiri, akan terurai dalam hitungan menit bila direndam dalam air panas, dan dalam hitungan hari saat dipendam di tanah. “Materi bioplastik umumnya tidak anti air. Jadi selama materi ini digunakan untuk produk atau makanan kering, tidak masalah. Untuk egg ware kami sendiri, bila disiram air, reaksinya akan sama dengan keramik atau gerabah; dapat menampung air, permukaan produk akan basah namun tidak menembus ke luar, lalu akan kembali kering seperti sedia kala. Mungkin saat basah akan agak sedikit lebih lunak permukaannya. Oleh karenanya, bisa digunakan untuk pot tanaman.” Lanjut mereka.

WhatsApp Image 2020-09-08 at 2.24.26 PM (6).jpeg

Produk terbaru yang Hom Lab keluarkan adalah kemasan bioplastik dengan bibit tanaman di dalamnya. Sehingga saat kemasan sudah tidak digunakan kembali, ia dapat ‘dikubur’ di tanah untuk menumbuhkan tanaman. Dalam waktu dekat, mereka pun akan mengeluarkan beberapa jenis kit dari rangkaian produk Hom Lab yang tersedia, agar aplikasi produk dapat lebih dekat digunakan sehari-hari. “Setelah DIY candle kit, kami akan membuat gardening kit. Kami juga menjual egg ware kami yang berupa pot tanaman berikut tanamannya, sehingga orang bisa langsung menggunakan produk kami,” sebut keduanya.

Yang menarik, walau Hom Lab berlokasi di Semarang, Celine dan Joshua mengakui pembeli produk mereka sejauh ini lebih banyak berasal dari Jakarta. “Mungkin karena kami masih awal dan materi cangkang telur belum umum digunakan sebagai bahan pembuat produk di sini. Terlebih, lokasi kami di daerah di mana orang masih belum begitu umum menggunakan dan membeli produk artisan dengan faktor ramah lingkungan sebagai pertimbangan utama. Tidak sedikit orang yang heran dan bertanya-tanya tentang produk kami karena baru tahu,” ujar mereka melanjutkan. Keduanya menyebutkan, biasanya, ada dua reaksi pembeli. Pertama, mereka yang penasaran, langsung tertarik dan membeli. Kedua, mereka yang belum langsung membeli karena masih ragu serta belum paham mengenai produk dari bahan cangkang telur. “Namun, tujuan kami adalah raise awareness akan penggunaan produk biomaterial yang ramah lingkungan sebagai pilihan lain dari material yang biasa digunakan sehari-hari. Jadi, kami akan terus melakukan eksplorasi pengembangan produk dan berbagi ilmu terkait biomaterial untuk ke depannya. Itu rencana kami.”

Previous
Previous

Green Is Always In: Bisnis Tanaman Hias (Bagian Kedua)

Next
Next

Business Plan: Langkah Awal Memulai Bisnis